Tuturpedia.com – Inggris dan Jepang dikabarkan telah mengalami resesi sejak akhir tahun lalu karena pengurangan belanja konsumen.
Hal tersebut berdampak buruk pada perekonomian mereka, berdasarkan data yang dirilis pada hari Kamis (15/2/2024).
Pelemahan yang terjadi di dua negara besar ini sangat kontras dengan perekonomian AS, yang tumbuh pada tingkat tahunan sebesar 3,3% pada kuartal keempat, jauh lebih cepat dari perkiraan para ekonom yang memperkirakan pertumbuhan sebesar 2%.
Resesi di Inggris
Inggris berada dalam resesi setelah data resmi dirilis pada hari Kamis, 15 Februari 2024. Hal ini memberikan pukulan terhadap Perdana Menteri Rishi Sunak.
Dilansir Tuturpedia dari laman Le Monde pada Sabtu (17/2/2024), yang mengutip pada Kantor Statistik Inggris, produk domestik bruto (PDB) Inggris menyusut sebesar 1,4% secara tahunan dalam tiga bulan terakhir tahun 2023.
Sementara itu, dalam tiga bulan hingga Desember, PDB di Inggris turun 0,3% jika dibandingkan tiga bulan sebelumnya, menyusul penurunan 0,1% pada kuartal ketiga.
Meskipun para ekonom memperkirakan bahwa resesi hanya akan terjadi dalam waktu singkat, data tersebut merupakan kemunduran besar bagi Pemerintahan Sunak.
Sebab resesi tersebut, Partai Buruh mengecam pengelolaan ekonomi yang dilakukan pemerintah Sunak.
“Ini adalah resesi yang dialami Rishi Sunak dan berita ini akan sangat mengkhawatirkan bagi keluarga dan dunia usaha di seluruh Inggris,” kata juru bicara keuangan Partai Buruh, Rachel Reeves.
Meskipun inflasi Inggris telah anjlok pertama kalinya dalam 41 tahun sebesar 11,1% pada Oktober 2022, harga energi dan pangan di Inggris tetap tinggi.
Resesi di Jepang
Jepang secara tak terduga tergelincir ke dalam resesi pada akhir tahun lalu.
Menurut Investopedia, yang mengutip data Pemerintah Jepang menyatakan selama tiga bulan terakhir tahun 2023, PDB Jepang mengalami kontraksi pada laju tahunan sebesar 0,4%, setelah turun sebesar 3,3% pada kuartal sebelumnya.
Beberapa analis memperingatkan akan adanya kontraksi lagi pada kuartal ini disebabkan lemahnya permintaan di Tiongkok, lesunya konsumsi dan terhentinya produksi pada unit Toyota Motor Corp (7203.T).
Perekonomian Jepang yang menyusut kini menjadi yang terbesar keempat di dunia, kehilangan posisinya di posisi tiga besar setelah Amerika Serikat dan Tiongkok hingga Jerman.
Hingga saat ini, baru Jepang dan Inggris yang dengan gamblang membeberkan fakta resesi yang dialami sejak tahun lalu.
Namun, menurut akun media di X, @spectatorindex, Sabtu (17/2/2024) beberapa negara lain juga diketahui mengalami resesi tahun ini, seperti Denmark, Estonia, Finlandia, Luxemburg, Moldava, Peru, dan Irlandia.***
Penulis: Anna Novita Rachim
Editor: Annisaa Rahmah