Tuturpedia.com – Petinggi asosiasi pesepakbola profesional alias Professional Footballers’ Association (PFA), Maheta Molango, mengungkapkan bahwa para pemain bisa mengambil langkah hukum lantaran jadwal pertandingan yang padat.
Pernyataan tersebut disampaikan Molango sambil kembali menegaskan kekhawatiran yang semakin meningkat perihal kondisi kesehatan para pesepakbola.
Ditambah lagi, UEFA telah mencanangkan format baru untuk fase grup Liga Champions musim 2024/25 nanti.
Lewat format baru tersebut, babak fase grup yang awalnya hanya melibatkan 32 klub akan ditambah menjadi 36 klub dengan format single-league.
Artinya, setiap klub akan bertanding sebanyak delapan kali sepanjang fase grup.
Tak hanya itu saja, FIFA juga telah menetapkan format baru untuk Piala Dunia Antarklub yang rencananya akan diterapkan pada 2025 nanti.
Nantinya, Piala Dunia Antarklub akan diikuti oleh 32 klub dengan jadwal yang berlangsung dari 15 Juni hingga 13 Juli 2025.
Dengan jadwal tersebut, artinya klub-klub Eropa hanya memiliki sedikit waktu untuk beristirahat dalam peralihan dari musim 2024/25 ke musim 2025/26.
Tak ayal, keputusan tersebut memancing kritik dari para pelaku dunia sepak bola, termasuk sederet pelatih klub Liga Inggris.
“Saya merasa kita telah mencapai tahap di mana orang-orang siap untuk menempuh jalur hukum, ketika mereka siap untuk mengambil langkah nyata di lapangan untuk mencoba menyelesaikannya. Karena ini adalah kondisi yang menyedihkan,” tutur Molango kepada Sky News.
“Menurut saya ini adalah kekalahan bagi sepak bola ketika para pemain perlu mendapatkan keadilan dengan tangan mereka sendiri karena mereka tidak merasa terlindungi,” imbuhnya.
“Saya pikir otoritas yang seharusnya melindungi para pemain dan pertandingan tidak melakukannya. Mereka membuat lebih banyak kompetisi, menghasilkan lebih banyak penghasilan dengan membahayakan para pemain,” jelas Molange.
Molange juga menambahkan bahwa jadwal pertandingan yang telah ditetapkan saat ini membuat mustahil bagi para pemain untuk tampil di level terbaik mereka, baik secara fisik maupun kemanusiaan.***
Penulis: K Safira
Editor: Nurul Huda