Indeks
Event  

Jadi Pemantik di Diskusi Publik terkait Taman Budaya, Seniman Kota Semarang: Semarang Kehilangan ‘Halaman Depan’

(Foto: Rizal Akbar)
(Foto: Rizal Akbar)

Tuturpedia.com – Daniel Hakiki, Seniman Kota Semarang yang turut dihadirkan sebagai pemantik dalam kegiatan diskusi dengan tema “Bedah Taman Budaya dalam Perspektif Pembangunan Kota” menyampaikan statement analogi yang cukup menarik.

Dalam kegiatan diskusi yang diadakan Komunitas KOTTA pada Kamis (24/8/2023) tersebut, Daniel menyampaikan bahwa Kota Semarang itu seperti kehilangan ‘Halaman Depan’.

“Kota Semarang ini menurut saya sudah kehilangan ‘Halaman Depan’,” ucap Daniel.

Daniel menjelaskan, dahulu setiap rumah memiliki halaman depan sebagai pusat interaksi sosial antar manusia.

“Dulu semua rumah itu punya halam depan yang menjadi ruang bertemu antara satu manusia dengan manusia lain,” ucap Daniel.

“Halaman depan inilah yang membentuk karakter manusia, Halaman depan adalah ruang strategis dalam membangun Manusia,” ucapnya lagi.

Daniel menjelaskan ‘halaman depan’ ini menjadi analogi bagi Taman Budaya dalam sebuah Kota.

“Taman budaya seharusnya menjadi tempat manusia satu dengan manusia lain saling bertemu, banyak yang menganggap ini tidak penting padahal itu adalah realitas yang nyata,” jelas Daniel.

Pegiat Seni & Kebudayaan Kota Semarang tersebut juga menyampaikan kritik bahwa banyak taman di Semarang tapi tak banyak yang bisa difungsikan layaknya Halaman depan.

“Banyak taman yang dibangun di Semarang ini, tapi cuma sedikit yang bisa jadi halaman depan,” tegas Daniel.

Ketidakberhasilan ini, Kata Daniel, disebabkan kurangnya interaksi alamiah/relasi yang terjadi antar manusia satu dengan yang lain.

“Seharusnya Taman itu menjadi ruang relasi bagi manusia dengan manusia lainnya. Bukan relasi pengelola dengan customer atau relasi antara penjual dan pembeli,” jelas Daniel.

Diakhir, Daniel menitipkan pesan bahwa sebenarnya kunci jawaban dari semua tantangan yang ditakutkan manusia selama ini adalah menggalakkan kembali interaksi antar manusia di Taman Budaya.

“Taman Budaya ini sudah sering berganti fungsi tapi tetap tidak maksimal. Seolah menjadi tanda bahwa tanah ini tidak bisa diprivatisasi,” ucap Daniel.

“Sepertinya tempat ini (TBRS-Wonderia) memang ditujukan menjadi ruang berkumpul sebagai pengganti Halaman Depan dalam rumah yang sebenarnya bisa menjawab tantangan yang selama ini kita takutkan,” tutup Daniel.

Sekadar Informasi, selain menghadirkan Daniel Hakiki, acara ini juga turut menghadirkan Ir. Iswar Aminuddin, MT. (Sekretaris Daerah Kota Semarang) dan Mulyo HP (Akademisi Sastra Universitas Diponegoro) sebagai pemantik diskusi.

Turut hadir pula, Adhitia Armitrianto, Ketua Dewan Kesenian Semarang, tokoh-tokoh seniman dan pegiat budaya Kota Semarang, serta mahasiswa & komunitas kepemudaan di Kota Semarang.

Kegiatan ini didukung oleh Tuturpedia.com, Dewan Kesenian Semarang, serta Betanews.id

Penulis: Rizal Akbar (Kontributor Kota Semarang)

Exit mobile version