Tuturpedia.com – Sembilan bulan berjalannya invasi Israel ke Palestina, ketegangan antara Israel dan Lebanon juga kunjung memanas setiap harinya.
Lebanon diketahui telah memberikan dukungan solidaritas terhadap Palestina dengan melancarkan serangan ke Israel sejak 8 Oktober 2023 yang lalu.
Serangan yang dilakukan oleh kelompok Hizbullah tersebut langsung mendapatkan serangan balik dari Israel sebanyak hampir empat kali.
Dikutip dari laman Al Jazeera, Jumat (28/6/24) tercatat lebih dari 6.000 serangan terjadi di sepanjang perbatasan sepanjang 120 km (75 mil).
Sementara itu, menurut Armed Conflict Location and Event Data Project (ACLED), Israel, Hizbullah, dan kelompok bersenjata lainnya di Lebanon melakukan setidaknya 7.400 serangan melintasi perbatasan dari 7 Oktober 2023 hingga 21 Juni 2024.
Israel bertanggung jawab sekitar 83 persen serangan ini, dengan total 6.142 insiden, dan menewaskan sedikitnya 543 orang di Lebanon.
Sementara itu, Hizbullah dan kelompok bersenjata lainnya bertanggung jawab atas 1.258 serangan yang menewaskan sedikitnya 21 warga Israel.
Hizbullah mengatakan mereka akan berhenti menyerang Israel jika serangannya terhadap Gaza berhenti. Sementara itu, beberapa pemimpin Israel telah berjanji untuk mengusir Hizbullah dari selatan Lebanon, meskipun dengan kekerasan.
Serangan Memanas, Warga Palestina di Lebanon Siap Ikut Serta
Warga Palestina di Lebanon menghadapi kemungkinan nasib serupa jika Israel melancarkan perang habis-habisan melawan kelompok Hizbullah Lebanon.
Di kamp pengungsi Palestina Shatila di Beirut, banyak orang yang terlibat dalam gerakan perlawanan mengatakan bahwa mereka tidak takut, dan akan berjuang untuk mendukung Hizbullah.
Menurut mereka, hal yang paling mengkhawatirkan dari serangan Israel ke Lebanon adalah keluarga dan warga sipil di sana. Mereka khawatir bahwa Israel akan dengan sengaja menargetkan daerah pemukiman padat penduduk di Lebanon, seperti kamp-kamp Palestina, yang puluhan ribu orang tinggal berdekatan.
Akibat tragedi Nakba 1948, ada sekitar 250.000 warga Palestina tinggal di 12 kamp pengungsi di Lebanon. Mereka mengungsi di sana setelah milisi Zionis mengusir mereka dari tanah air mereka untuk memberi jalan bagi pembentukan Israel di tahun tersebut.***
Penulis: Anna Novita Rachim
Editor: Nurul Huda