Tuturpedia.com – Wilayah timur Khan Younis di selatan Gaza menjadi sasaran pengeboman hebat ketika tenggat waktu telah berlalu tak lama setelah gencatan senjata berakhir pada hari Jumat (1/12/2023).
Warga turun ke jalan dengan barang-barang yang ditumpuk di gerobak, mencari perlindungan lebih jauh ke Barat.
Dikutip Tuturpedia.com dari laman Al Jazeera (2/12/23), militer Israel menyebarkan selebaran di Kota Gaza dan bagian Selatan daerah kantong itu pada hari Jumat lalu, mendesak warga sipil untuk melarikan diri guna menghindari pertempuran.
Namun, kelompok hak asasi manusia telah berulang kali memperingatkan bahwa tidak ada tempat yang aman di Gaza.
Pejabat kesehatan Gaza mengatakan serangan udara Israel telah menewaskan 184 orang, melukai sedikitnya 589 lainnya dan menghantam lebih dari 20 rumah.
Sirine terdengar di seluruh Israel selatan ketika para militan menembakkan roket dari daerah kantong pesisir tersebut ke kota-kota. Hamas mengatakan pihaknya menargetkan Tel Aviv, namun tidak ada laporan korban jiwa atau kerusakan di sana.
Selain itu, berakhirnya gencatan senjata di Gaza juga turut menghentikan pendistribusian bantuan ke daerah yang membutuhkan. Diketahui bahwa bantuan tertahan di dekat perbatasan Mesir.
Seorang juru bicara perbatasan Rafah membenarkan bahwa masuknya truk-truk yang membawa bantuan, bahan bakar dan gas memasak yang sangat dibutuhkan dari Mesir ke Jalur Gaza, telah terhenti karena berlanjutnya pengeboman Israel.
Pengemudi truk yang membawa bantuan memperkirakan akan terjadi penundaan lebih lanjut pada proses pengiriman bantuan dan regulasi yang rumit setelah gencatan senjata terjadi.
Bantuan untuk Palestina Selama Gencatan Senjata
Bantuan yang masuk ke daerah Palestina memiliki regulasi tersendiri, yang mana pergerakannya dikendalikan oleh pihak Israel.
Berdasarkan sistem yang berlaku sejak 21 Oktober lalu, truk bantuan harus melakukan pemeriksaan ke penyeberangan Al-Awja dan Nitzana di perbatasan Mesir dengan Israel sebelum kembali ke Rafah untuk mengirimkan kargo mereka, perjalanan pulang pergi sejauh lebih dari 80 km (50 mil).
Pekerja bantuan dan pejabat Mesir mengatakan hal inilah yang menyebabkan bantuan yang disalurkan macet.
Gencatan senjata selama seminggu terakhir memungkinkan lebih banyak makanan, obat-obatan, bahan bakar dan air untuk dikirimkan.
Namun jumlahnya masih jauh lebih sedikit dari yang dibutuhkan untuk 2,3 juta penduduk Gaza, yang sebagian besar dari mereka menjadi pengungsi internal akibat perang.
“Semua hambatan ada karena merekalah yang mengendalikan pergerakan barang,” kata Gameel Mahmoud Idrees, seorang pengemudi truk bantuan di Rafah.
“Kami masuk ke perlintasan dan menunggu empat atau lima hari hingga pemeriksaan selesai,” tambahnya lagi.
Sebelum gencatan senjata, pengemudi truk Mesir sedang melakukan bongkar muat di Rafah, barang-barang dimuat ke truk lain untuk didistribusikan ke Gaza, dan pengiriman terkadang terganggu oleh kekurangan bahan bakar atau pemboman.
Selama gencatan senjata, beberapa truk melaju dari wilayah Mesir langsung menuju Gaza, kata Ebada.***
Penulis: Anna Novita Rachim
Editor: Annisaa Rahmah