Tuturpedia.com – Indonesia dikenal memiliki beragam tradisi yang unik, termasuk tradisi perayaan satu Suro. Bagi yang belum tahu, satu Suro adalah awal tahun baru Islam (Hijriah). Perayaan tahun baru ini dianggap sakral bagi masyarakat Jawa, sehingga banyak tradisi yang dilakukan.
Berikut adalah 6 tradisi perayaan satu Suro yang telah kami rangkum.
Kirab Kebo Bule
Kebo bule atau juga dikenal sebagai Kebo Kiai Slamet adalah hewan pusaka penting milik Keraton Surakarta Hadiningrat. Kerbau ini memiliki kulit berwarna putih kemerahan. Leluhur dari kebo bule ini dulunya hewan kesayangan Paku Buwono II.
Nah, salah satu tradisi perayaan satu Suro yang terkenal ialah arak-arakan atau kirab kebo bule.
Tapa Bisu
Tapa Bisu adalah ritual tidak boleh berbicara selama ritual kirab berlangsung. Makna dari Tapa Bisu ini, yakni untuk menjaga ucapan para peserta kirab, sehingga kirab tetap sakral.
Ritual ini dilakukan di Keraton Surakarta Hadiningrat, Keraton Yogyakarta, dan Pura Mangkunegaran.
Jamasan Pusaka
Tradisi yang kedua, Jamasan Pusaka atau pencucian benda-benda pusaka di bulan Suro. Hingga saat ini, Jamasan Pusaka masih dilestarikan oleh Keraton Surakarta Hadiningrat, Keraton Yogyakarta, dan Pura Mangkunegaran.
Makna di balik mencuci benda-benda pusaka ini, yakni membersihkan diri untuk menyambut masa yang akan datang. Biasanya, tradisi ini dilakukan secara tertutup sehingga masyarakat umum tidak bisa menonton.
Sedekah Laut
Sedekah Laut adalah tradisi satu Suro yang diawali dengan kenduri (selametan) yang diikuti oleh warga yang mencari rezeki di daerah pesisir atau sekitar pantai. Setelah kenduri, makanan dan gunungan akan dibawa oleh warga yang memakai baju tradisional.
Setelah itu, dilanjutkan pembukaan ritual dengan doa yang dilakukan oleh orang yang dituakan (sesepuh). Pelaksanaan penaburan bunga dan sesaji diikuti dengan menaikkan empat gunungan di atas kapal nelayan untuk diangkut ke tengah laut.
Makna dari tradisi Sedekah Laut ini, yaitu ungkapan rasa syukur dan harapan untuk rezeki yang lebih baik di tahun selanjutnya.
Petik Laut
Petik Laut adalah tradisi satu Suro dengan mengisi perahu kecil dengan sesaji yang berisi hasil bumi, laut, dan kepala sapi. Pengisian sesaji tersebut biasanya dilakukan oleh para nelayan.
Setelah itu, perahu akan dilarung ke laut dari pantai. Kemudian, masyarakat akan menggelar selamatan.
Makna dibalik tradisi Petik Laut ini, yaitu sebagai rasa syukur atas hasil laut yang didapatkan para nelayan dan harapan atas rezeki yang melimpah di tahun mendatang.
Kitab Pusakadalem
Selanjutnya, ada tradisi Kirab Pusakadalem yang biasa digelar di Pura Mangkunegaran. Pada tradisi ini, masyarakat, abdi dalem, dan keluarga Pura Mangkunegaran akan menjalani Kirab Pusaka atau arak-arakan.
Arak-arakan tersebut dilakukan dengan mengelilingi tembok luar Pura Mangkunegaran sebanyak satu kali.
Wah, ternyata setiap tradisi memiliki ciri yang menarik, ya. Apakah kamu juga mengikuti salah satu tradisi di atas?
Penulis: Ixora Findlayana
Editor: Al-Afgani Hidayat