Jateng, Tuturpedia.com – Bagi sebagian masyarakat Indonesia yang hobi memburu kuliner ekstrem hingga ke pelosok daerah, mungkin perlu menjajal salah satu kuliner yang cukup populer di kalangan masyarakat Blora, Jawa Tengah yaitu ‘ungker daun jati’.
Seperti asal muasal yang diceritakan oleh salah satu warga pada Rabu (29/11/2023).
Nardi, salah satu warga wilayah Kecamatan Randublatung, yang bercerita pada awak media ini menjelaskan bahwasanya ungker sendiri adalah bentuk kepompong dari ulat jati.
Ulat yang sudah cukup memakan daun jati akan memulai fase kepompongnya (pupa) dengan turun ke tanah dengan benang dan mulai membungkus dirinya dengan jaringan kepompong.
“Jadi, ungker daun jati itu kerap muncul pada awal musim penghujan, yang umum terjadi pada bulan November hingga Desember. Saat daun jati bersemi, ulat-ulat pun merajalela dan memakan semua dedaunan sampai membuat pohon jadi tampak gundul, dan akhirnya menjadi kepompong,” ucap Nardi.
Menurutnya, walau terbilang menjijikkan, kemunculan ungker ini banyak diburu warga Blora untuk disajikan sebagai sajian lezat yang menggugah selera, salah satunya yakni dibuat sebagai oseng.
“Kalau masyarakat daerah hutan sini, biasanya ungker itu dijadikan oseng-oseng, dan bumbunya pun enggak jauh beda dari oseng makanan lainnya. Oseng ungker jati ini punya rasa yang gurih dan nikmat,” ungkapnya.
“Walau begitu, terkadang makanan ini membuat lidah terasa gatal jika dikonsumsi berlebihan. Apalagi bagi yang baru pertama kali mencobanya, saat mengunyah bagian kulitnya, makanan ini akan terasa sedikit aneh dan terlihat menjijikkan. Tapi setelah mencobanya, dipastikan tidak akan pernah melupakan rasanya,” lanjutnya.
Dirinya pun menyampaikan, untuk harga ungker saat ini masih terbilang cukup mahal. Tentunya apa yang disampaikan bukan tanpa alasan.
Sebab, ungker daun jati Blora biasa ditemui di awal musim hujan dan hanya berlangsung selama beberapa pekan saja.
“Makanya, harga ungker daun jati ini tergolong mahal. Agar bisa menikmati makanan enggak biasa ini, satu gelas ungker dibanderol Rp 15 ribu sampai Rp 35 ribu, kalau satu kilogram harganya berkisar Rp 150 ribu,” imbuhnya.***
Kontributor Jawa Tengah: Lilik Yuliantoro
Editor: Annisaa Rahmah