Tuturpedia.com – Humza Yousaf resmi mengajukan pengunduran diri untuk Raja Inggris Charles III pada Selasa (7/5/2024) dari posisi Menteri Pertama, jabatan orang nomor satu di Skotlandia, yang diemban sejak Maret 2023.
Yousaf mundur di hari yang sama setelah John Swinney terpilih menggantikanya sebagai Ketua Partai Nasional Skotlandia (Scottish National Party/SNP) sekaligus Menteri Pertama Skotlandia.
Yousaf tersingkir dari kedua posisi tersebut karena mosi tidak percaya yang dilancarkan partai lain dalam parlemen.
Pergantian Menteri Pertama di Skotlandia ditentukan oleh komposisi partai atau koalisi mayoritas di parlemen Skotlandia atau yang disebut dengan sistem Westminster. Sistem ini digunakan untuk menentukan kepala pemerintahan di Inggris dan wilayah pengaruhnya seperti Australia, Selandia Baru, dan Singapura.
Skotlandia sendiri adalah pemerintahan otonom dengan ibukota di Edinburgh yang berada di bawah kedaulatan pemerintahan Britania Raya yang berpusat di London.
Lahir dari generasi pertama imigran berdarah Pakistan, Yousaf menjadi yang komunitas Asia-Skotlandia dan muslim pertama yang memimpin Skotlandia. Yousaf mewarnai daftar tokoh keturunan Asia Selatan yang tengah berjaya di kancah perpolitikan Inggris.
Ada Wali Kota London petahana Sadiq Khan dengan latar belakang muslim Pakistan yang menjabat sejak 2016 serta Perdana Menteri pertama berdarah India Rishi Sunak sejak 2022.
Namun berbeda dengan pemerintahan Inggris di bawah Sunak yang setia dengan Israel, Yousaf aktif menyuarakan dukungan pada masyarakat Palestina dalam isu Gaza.
“Sebagai seorang pemuda Muslim, lahir dan besar di Skotlandia, saya tidak pernah bermimpi bahwa suatu hari nanti saya akan memiliki hak istimewa untuk memimpin negara saya,” ujar Yousaf dalam pidato pengunduran dirinya yang dikutip Tuturpedia pada Rabu (8/5/2024) dari Instagram resmi @humzayousaf.
Dalam kesempatan pidato penutup tersebut, Yousaf juga tetap menyuarakan isu Palestina dengan mengajak agar komunitas internasional menghentikan pembantaian anak-anak dan masyarakat sipil di Gaza dan Rafah.
“Saya akan terus memastikan bahwa saya memberikan suara kepada mereka yang tidak dapat bersuara, baik di dalam maupun di luar negeri,” terang sang mantan pemimpin Skotlandia.***
Penulis: Fadillah Wiyoto.
Editor: Annisaa Rahmah.