Semarang, Tuturpedia.com – Film yang diadaptasi dari novel berjudul 172 Days karya Nadzira Shafa, menceritakan perjalan kisah hidupnya setelah berhijrah yang dikemas menjadi film layar lebar.
Film tersebut dibintangi oleh Bryan Domani sebagai Amer dan Yasmin Napper sebagai Zira. Pada film 172 Days, kisah hidup Amer dan Zira diawali dengan pertemuannya di pengajian.
Tidak lama setelah pertemuan pertama mereka, Amer putuskan untuk melamar dan menikahi Zira.
Dalam film ini, banyak diceritakan momen romantis suami istri yang baru menikah. Namun tak berselang lama, Amer pergi terlalu cepat akibat sakit yang dideritanya.
Nadzira Shafa selaku penulis novel ini mengaku perasaannya tak bisa digambarkan. Menurutnya, film ini begitu unik, menyakitkan, tetapi ia merasa bersyukur.
“Sesakit-sakitnya melihat adegan ulang yang aku lakuin sama Almarhum, seketika memori itu kembali lagi ke dalam ingatan aku walaupun overall ga pernah lupa,” ungkap Zira, saat jumpa pers di XXI DPMall Semarang, Kamis (23/11/2023) malam.
Zira menceritakan, almarhum Amer menginginkan nama dan kebaikannya bisa selalu dikenal sepanjang masa.
Setidaknya, ungkap dia, melalui novel berjudul ‘172 Days’ yang kemudian diadopsi dalam sebuah film, bisa mewujudkan keinginan almarhum bahwa kebaikannya akan selalu dikenang.
“Dia ingin dan aku sangat mendengar ucapan itu ada di samping aku, ingin namanya, kebaikannya, tetap hidup, 10 tahun, 20 tahun ke depan. Ketika aku berusaha menulis novel tentang kebaikan beliau, oke bang, aku sudah melakukan apa yang kamu inginkan saat kamu masih hidup,” ucap Zira.
Dengan hadirnya film ‘172 Days,’ dia berharap, banyak orang yang akan mengenal kebaikan Amer. Dia pun yakin kebaikannya akan diingat sampai kapanpun.
Tak hanya dirinya sendiri, Zira mengatakan, keluarganya pun sangat mendukung dan senang saat novelnya diadaptasi menjadi film.
“Alhamdulillah, respons mereka baik. Respons mereka makin kangen sama Almarhum,” katanya.
Sementara itu, Bryan Domani mengatakan, dia berupaya bisa memerankan tokoh Amer sebaik mungkin hingga bisa menyentuh emosi penonton.
Diakuinya, bentuk tubuh dan gerak-gerik tidak bisa semua diperankan mirip seperti Almarhum Amer. Namun, setidaknya, dia berupaya memunculkan energi dan emosi sosok Amer saat di sekitar orang-orang.
“Ini bukan film biografi tapi inspired by. Kalau bentuk tubuh, gerak-gerik ga bisa semua. Hal pertama yang aku tekankan energi Bang Amer, apa emosi yang diberikan,” tuturnya.
Melalui film 172 Days ini, Bryan mengaku belajar banyak hal, diantaranya adegan salat subuh, adegan ceramah dan dakwah, hafalan ayat-ayat baru, dan lainnya.
“Adegan salat subuh jamaah aku ga pernah mikir sebegitu banyak, semua hafidz quran, ustad. Lumayan deg-degan. Aku dikasih tahu adegan ceramah, aku tiba-tiba diminta cari dakwah, ceramah, hafalan ayat baru, doa kunut,” sebutnya.
Menurutnya film 172 days ini punya jiwa sendiri. Dia berharap, Zira asli atau sang penulis novel bisa senang melihat film ini. Apalagi, meihat antusiasme masyarakat yang nenonton membuat semakin yakin bahwa emosi dalam film tersebut tersampaikan.***
Penulis: Alan Henry Pambuko
Editor: Nurul Huda
