Tuturpedia.com – Kata Pandanaran familiar di telinga warga Semarang sebagai nama salah satu jalan protokol yang berlokasi di pusat kota. Namun banyak yang tidak tahu jika nama tersebut diambil dari sosok pendiri kota yang bernama Ki Ageng Pandanaran atau Sunan Pandanaran.
Dilansir dari buku Kota Semarang dalam Kenangan oleh Jongkie Tio pada Minggu (28/7/2024), Pandanaran merintis pemukiman di Semarang dengan menetap di Pulau Tirang. Ia bermukim di daerah yang kini dikenal sebagai Mugas tersebut dengan maksud untuk menyebarkan agama Islam.
Sepeninggalannya, wilayah yang ia rintis terus berkembang hingga dikukuhkan sebagai kabupaten oleh Sultan Hadiwijaya dari Kesultanan Demak pada 2 Mei 1547.
Tanggal tersebut kemudian ditetapkan sebagai hari jadi Kota Semarang yang kini berusia 477 tahun.
Sejarawan Amen Budiman berpendapat jika ulang tahun Semarang lebih sesuai jika dihitung sejak Pandanaran mulai menetap di Pulau Tirang. Ini menunjukkan betapa besarnya peran Pandanaran dalam mempelopori berdirinya kota.
Sebagai penghormatan atas jasanya, setiap tahun diselenggarakan haul atau peringatan hari kematian Ki Ageng Pandanaran pada tanggal 17 Muharam dalam kalender Islam.
Peringatan yang berpusat di Makam dan Masjid Ki Ageng Pandanaran, Jalan Mugas Dalam II Nomor 4, tersebut dilakukan dengan tradisi buka luwur atau mengganti kain kelambu makam. Tradisi kemudian diisi dengan doa bersama.
Pergantian kelambu juga dilakukan terhadap makam keluarga Ki Ageng Pandanaran yang masih berada dalam satu kompleks. Yaitu makam sang istri, Nyi Ageng Sejanila dan ayah Pandanaran yang bernama Maulana Abdul Salam atau Pangeran Madiyo Pandan.
Untuk menarik keikutsertaan masyarakat sekaligus menciptakan wadah edukasi sejarah, atraksi budaya berupa kirab atau arak-arakan pun ditambahkan dalam agenda haul.
Kirab berlangsung dari Taman Indonesia Kaya di Jalan Menteri Supeno hingga makam Ki Ageng Pandanaran yang memiliki rute menanjak. Sambil berjalan kaki, peserta kirab mengusung pusaka, ubo rampe atau lauk pauk, dan gunungan yang kemudian akan diperebutkan oleh masyarakat.
Pada peringatan haul ke-522 yang jatuh pada tahun ini, tradisi buka luwur dan kirab diselenggarakan pada Sabtu (27/7/2024) kemudian diikuti dengan agenda pengajian pada keesokan harinya.***
Penulis: Fadillah Wiyoto.
Editor: Annisaa Rahmah.