banner 728x250

Hasil Lab Ungkap Penyebab Keracunan Massal Program MBG, Eks Direktur WHO Angkat Bicara

TUTURPEDIA - Hasil Lab Ungkap Penyebab Keracunan Massal Program MBG, Eks Direktur WHO Angkat Bicara
Mantan Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara, Prof. Tjandra Yoga Aditama (istimewa)
banner 120x600

Jakarta, Tuturpedia.com — Hasil laboratorium terkait insiden keracunan massal dalam program Makan Bergizi Gratis (MBG) akhirnya keluar. Mantan Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara, Prof. Tjandra Yoga Aditama, mengungkapkan sejumlah temuan penting yang bisa menjelaskan penyebab kasus yang sempat menghebohkan ini.

“Dari hasil pemeriksaan, ada beberapa kontaminan yang terdeteksi. Bakteri seperti Salmonella dan Bacillus cereus termasuk yang paling sering ditemukan. Selain itu, dari aspek kimia juga terdeteksi nitrit pada sebagian sampel,” kata Prof. Tjandra, Sabtu (27/9/2025).

Temuan Laboratorium: Bakteri hingga Kontaminan Kimia

Data dari Laboratorium Kesehatan Daerah (Labkesda) Jawa Barat yang memeriksa 163 sampel MBG sepanjang Januari–September 2025 menunjukkan hasil cukup mengkhawatirkan.

– Uji mikrobiologi: 72% sampel negatif, 23% positif dengan bakteri berbahaya seperti Vibrio cholerae, Staphylococcus aureus, E. coli, hingga Bacillus cereus.
– Uji kimia: 92% sampel negatif, 8% positif terhadap nitrit.

Selama periode tersebut, tercatat 20 kali kejadian luar biasa (KLB) terkait konsumsi MBG di wilayah Jawa Barat.

Prof. Tjandra menjelaskan, kontaminasi tersebut bisa berkontribusi terhadap kasus keracunan massal. “Faktor kebersihan air, peralatan masak, higienitas pekerja dapur, hingga penyimpanan makanan berperan besar dalam memengaruhi kemungkinan terjadinya keracunan,” ujarnya.

Lima Faktor Utama Penyebab Keracunan Menurut WHO

Mengacu pada klasifikasi WHO, Prof. Tjandra menekankan ada lima kelompok penyebab keracunan yang patut diwaspadai:

1. Bakteri – seperti Salmonella, Campylobacter, E. coli, Listeria, dan Vibrio cholerae.
2. Virus – misalnya Norovirus dan Hepatitis A.
3. Parasit – termasuk cacing pita dan trematoda.
4. Prion – meski jarang, bisa menyebabkan penyakit serius seperti BSE.
5. Kontaminasi bahan kimia – logam berat, senyawa toksik, nitrit, hingga aflatoksin.

“Meski tidak semua faktor tersebut ditemukan dalam kasus MBG, kelima kategori ini penting untuk diperhatikan dalam sistem pengawasan makanan,” tambahnya.

Perlu Standar Keamanan Pangan Lebih Ketat

Kasus keracunan MBG diyakini bukan hanya disebabkan satu faktor tunggal. Kombinasi kontaminasi bakteri, zat kimia, serta pengolahan dan distribusi makanan yang kurang higienis diduga menjadi pemicu utama.

“Program makanan skala besar seperti MBG harus memiliki standar keamanan yang ketat dari hulu ke hilir. Mulai dari rantai pasok bahan baku, proses pengolahan, distribusi, hingga pengawasan lapangan,” tegas Prof. Tjandra.

Dengan hasil laboratorium ini, pemerintah diharapkan bisa segera memperbaiki prosedur dan memperkuat pengawasan, agar insiden serupa tidak kembali terjadi.
Penulis: Permadani T. || Editor: Permadani T.