Tuturpedia.com – Arab-Islamic Summit atau KTT Arab-Islam menyerukan adanya gencatan senjata atas perang yang terjadi di Gaza.
Para pemimpin negara Islam ini juga menolak pembenaran tindakan Israel terhadap warga Palestina sebagai pembelaan diri.
KTT yang diselenggarakan pada Sabtu (11/11/2023) ini mengecam serangkaian agresi Israel di Jalur Gaza, kejahatan perang dan pembantaian yang biadab dan tidak manusiawi yang dilakukan oleh pemerintah pendudukan.
Selain menyerukan terjadinya gencatan senjata di Gaza, para pemimpin negara Islam ini juga meminta dibukanya perizinan untuk bantuan kemanusiaan masuk ke wilayah tersebut dan menghentikan ekspor senjata ke Israel, setelah pertemuan di Riyadh.
Pertemuan ini juga menuntut agar meminta Dewan Keamanan PBB mengeluarkan resolusi untuk mengakhiri serangan di Gaza, meminta Pengadilan Kriminal Internasional untuk menyelesaikan penyelidikan kejahatan perang Israel dan penggunaan senjata kimia dan permintaan untuk menghentikan ekspor senjata ke Israel.
Dikutip dari laman Aljazeera, Minggu (12/11/23) pada awalnya, hanya 22 anggota Liga Arab yang diharapkan berpartisipasi, tetapi pertemuan tersebut kemudian diperluas hingga mencakup Organisasi Kerjasama Islam (OKI).
Sebuah asosiasi yang lebih luas yang terdiri dari 57 negara mayoritas Muslim yang merupakan anggota negara-negara Liga Arab.
Namun, menurut seorang wartawan dari Aljazeera, bernama Hashem Alhebarra, hasil akhir yang tercetus dari adanya pertemuan ini masih samar-samar.
Ia mengatakan negara-negara Islam ini tidak memiliki mekanisme yang khusus untuk dapat melakukan gencatan senjata di Gaza.
“Masyarakat memahami bahwa Israel tidak terlalu peduli dengan apa yang terjadi pada pertemuan puncak antara pemimpin OKI dan Liga Arab. Ketika Anda melihat komunike tersebut, Anda mendapat kesan bahwa para pemimpin Arab dan Muslim tidak memiliki mekanisme untuk mendorong gencatan senjata dan koridor kemanusiaan,” kata Ahelbarra.
“KTT ini hanya demi kesatuan di dunia Arab dan Muslim. Itu adalah pernyataan yang dipermudah. Tidak semua pemimpin Arab memutuskan untuk menghadiri KTT ini karena besarnya perbedaan dan perpecahan di antara para pelaku utama KTT tersebut. Makanya mereka menaruh pernyataan samar-samar itu untuk konsumsi masyarakat,” imbuhnya.
OKI mencakup negara-negara anggota dari seluruh dunia Islam, termasuk tetangga wilayah Palestina, Mesir dan Yordania, Lebanon, Turki, dan Irak.
Presiden Otoritas Palestina Mahmoud Abbas menyoroti bahwa tidak ada lagi solusi keamanan yang berhasil menahan serangan di Gaza.
Berbagai kebijakan dianggap gagal dan Israel sudah bertindak sesuka hati di atas hukum Internasional.
“Tidak ada solusi militer dan keamanan yang dapat diterima karena semuanya telah gagal. Kami dengan tegas menolak segala upaya untuk mengusir warga kami dari Gaza atau Tepi Barat,” tambah Abbas.
4 Saran Presiden Jokowi Terhadap Perang Israel-Palestina
Pada KTT Arab-Islam tersebut juga turut hadir Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo. Di kesempatan besar itu, Jokowi menyampaikan sebanyak empat saran atau tuntutan menyangkut Perang Israel-Palestina.
Dikutip dari laman Kemenag RI dan Kemlu RI, hal pertama yang disampaikan Presiden Jokowi adalah ‘gencatan senjata.’
Menurutnya, alasan Israel bahwa ini adalah sebuah self-defence tidak dapat diterima. Ini merupakan sebuah collective punishment.
“Tanpa gencatan senjata, situasi tak akan membaik. Israel telah gunakan narasi self defense dan terus lakukan pembunuhan rakyat sipil. Ini tak lain sebuah collective punishment. Kita semua harus cari jalan agar Israel segera lakukan gencatan senjata,” kata Presiden Jokowi dalam siaran pers dari Biro Pers, Media, dan Informasi Sekretariat Presiden.
Kedua, Presiden Jokowi menyarankan agar bantuan terhadap warga Palestina di Gaza dipercepat. Presiden juga minta agar Israel menghormati hukum internasional.
“Situasi kemanusiaan sangat memprihatinkan. Contoh, RS Indonesia di Gaza Utara terus menjadi sasaran serangan Israel, sejak kemarin sudah kehabisan bahan bakar. Indonesia meminta semua pihak untuk menghormati hukum humaniter internasional,” jelasnya.
Ketiga, Jokowi juga menyarankan untuk negara-negara yang bernaung dalam OKI menggunakan semua lini untuk menuntut pertanggungjawaban Israel terhadap kekejaman kemanusiaan yang telah dilakukan.
Jokowi juga mendesak diberikannya akses pada Independent International Commission of Inquiry on the Occupied Palestinian Territory yang dibentuk Dewan HAM PBB untuk melaksanakan mandatnya.
Keempat, Presiden Jokowi mendesak dilakukannya perundingan damai segera dimulai. Ia juga mengatakan Indonesia sangat terbuka mengambil peran dalam perundingan tersebut.
Seruan Boikot Tegas dari Pemimpin Iran
Selain menghasilkan beberapa pernyataan mengenai perang yang terjadi di Palestina kemarin, KTT Arab-Islam menjadi kunjungan resmi pertamanya ke Arab Saudi, dan yang pertama oleh presiden Iran dalam lebih dari satu dekade.
Dikutip dari laman Anadolu Ajansi, Ebrahim Raisi mengatakan berbagai solusi yang menurutnya akan berhasil untuk memerdekakan rakyat Palestina.
Ia mengatakan hal yang paling mendesak adalah menghentikan pembunuhan terhadap rakyat Gaza, bukan sekedar ‘jeda kemanusiaan.’
Penghentian serangan Israel juga harus terjadi di rumah sakit, sekolah, dan kamp pengungsi di wilayah tersebut.
Selain itu, Raisi juga mengajak para pemimpin negara Islam di dunia untuk melakukan boikot terhadap produk Israel.
Hal tersebut sejalan dengan seruan yang dibuat oleh Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Khamenei pekan lalu.
Raisi lebih lanjut mendesak para pemimpin Islam yang hadir di KTT tersebut untuk menyatakan tentara Israel sebagai “organisasi teroris” dan mengusulkan pembentukan dana untuk rekonstruksi wilayah pantai yang terkepung dan pengiriman konvoi kemanusiaan untuk rakyat Palestina di sana.
Mengenai posisi Iran dalam konflik Israel-Palestina, Raisi mengatakan negaranya adalah yang paling tegas untuk menganggap Israel sebagai ‘penjajah palsu dan tidak sah.’
Dia juga menganggap AS bertanggung jawab atas kejahatan terhadap warga Palestina dan mengatakan Washington mendorong Tel Aviv untuk menyerang Gaza, dan menyebut Israel sebagai ‘Anak haram Amerika.’***
Penulis: Anna Novita Rachim
Editor: Nurul Huda