Tuturpedia.com – Hari Obesitas Sedunia yang dirayakan setiap tanggal 4 Maret, menggerakkan WHO untuk menginformasikan seberapa besar penderita Obesitas di dunia.
Studi baru yang dirilis oleh Lancet menunjukkan bahwa, pada tahun 2022, lebih dari 1 miliar orang di dunia kini hidup dengan obesitas.
Dikutip dari laman WHO pada Senin (4/3/2024), epidemi ini terutama melanda negara-negara miskin dan angka penularannya meningkat lebih cepat di kalangan anak-anak dan remaja dibandingkan orang dewasa.
Meskipun studi tersebut juga menunjukkan angka kekurangan gizi yang telah menurun. Namun, masalah obesitas ini masih menjadi tantangan kesehatan masyarakat di banyak tempat, khususnya di Asia Tenggara dan Afrika Sub-Sahara.
Sementara itu, negara-negara dengan gabungan angka kekurangan berat badan dan obesitas tertinggi pada tahun 2022 adalah negara kepulauan di Pasifik dan Karibia serta negara-negara di Timur Tengah dan Afrika Utara.
Penelitian yang dirilis menjelang Hari Obesitas Sedunia ini memperkirakan terdapat sekitar 226 juta orang dewasa, remaja, dan anak-anak yang mengalami obesitas di dunia pada tahun 1990. Angka tersebut meningkat menjadi 1.038 juta pada tahun 2022.
Angka simbolis tersebut sebelumnya diperkirakan terjadi pada tahun 2030, namun para dokter mengetahui bahwa angka obesitas meningkat dengan cepat.
Menurut penelitian tersebut, sekitar 159 juta anak-anak dan remaja hidup dengan obesitas pada tahun 2022, naik dari sekitar 31 juta pada tahun 1990.
Obesitas yang tergolong penyakit kronis dan kompleks ini juga disertai dengan risiko kematian yang lebih besar akibat penyakit jantung, diabetes, dan kanker tertentu.
Cara WHO Mengatasi Obesitas
Tingginya angka obesitas yang terjadi di dunia ini membuat Dr Tedros Adhanom Ghebreyesus, direktur jenderal WHO mengatakan jika sangat penting untuk mencegah dan mengelola obesitas sejak awal hingga dewasa, melalui pola makan, aktivitas fisik, dan perawatan yang memadai, sesuai kebutuhan.
Untuk kembali ke jalur yang benar dan memenuhi target global dalam mengekang obesitas, WHO memerlukan upaya pemerintah dan masyarakat.
Selain itu, WHO juga menekankan adanya kerja sama dari sektor swasta, yang harus bertanggung jawab atas dampak kesehatan dari produk mereka.
Diketahui sebelumnya, WHO telah mendukung pajak atas minuman manis, membatasi pemasaran makanan tidak sehat kepada anak-anak dan meningkatkan subsidi untuk makanan sehat.***
Penulis: Anna Novita Rachim.
Editor: Annisaa Rahmah.













