Tuturpedia.com – Harga minyak dunia terus merosot, menandai penurunan terbesar sejak pertengahan bulan September 2024.
Faktor pendorong dari menurunnya harga minyak dunia ialah faksi-faksi di Libya yang mencapai “kompromi” mengenai kepemimpinan bank sentral, yang berpotensi memungkinkan kembalinya produksi minyak mentah.
Dikutip dari Reuters, Kamis (26/9/2024), harga minyak anjlok lebih dari 2% pada hari Rabu (25/9/2024) juga disebabkan oleh kekhawatiran permintaan yang terus berlanjut dari China.
Faksi-faksi Libya menandatangani perjanjian tentang proses penunjukan gubernur bank sentral, langkah awal untuk menyelesaikan perselisihan atas kendali bank sentral. Dengan begitu, hal ini membuka jalan bagi kembalinya sebagian produksi minyak mentah.
“Resolusi yang tertunda untuk krisis bank sentral Libya akan memulihkan pasokan minyak yang signifikan, sementara penghentian produksi Teluk AS dianggap (berdampak) sangat sementara,” kata Clay Seigle, ahli strategi energi.
Diketahui Teluk AS sempat dihantam badai besar yang mempengaruhi produksi minyak di sana. Akibatnya, persediaan minyak komersial AS menyusut 4,5 juta barel minggu lalu, membawa level ke level terendah sejak April 2022. Stok bensin dan sulingan, termasuk solar, juga ikut menurun.
Saat ini, badai yang mengancam Pantai Teluk AS telah berubah arah, menuju Florida dan menjauh dari daerah penghasil minyak dan gas di dekat Texas, Louisiana, dan Mississippi.
Potensi kebangkitan produksi minyak di Libya dan Saudi terjadi ketika minyak mentah akan menutup kuartal terburuknya tahun ini yang dirugikan oleh prospek pasokan tambahan dari OPEC+ dan prospek ekonomi China yang suram sehingga berdampak pada permintaan.
China dilaporkan akan melakukan serangkaian langkah dukungan moneter untuk meningkatkan kepercayaan terhadap kondisi ekonomi negara tersebut.
Namun, para pedagang minyak Minggu ini mengabaikan euforia awal atas pengumuman stimulus dari China karena dampaknya yang tidak jelas terhadap permintaan di negara pengimpor terbesar tersebut.
“Kekhawatiran terus berlanjut bahwa lebih banyak dukungan fiskal akan diperlukan untuk meningkatkan kepercayaan pada ekonomi Tiongkok. Ketidakpastian ini menimbulkan keraguan tentang pertumbuhan permintaan yang berkelanjutan, yang membebani harga minyak mentah,” ujar George Khoury, kepala pendidikan dan penelitian global di CFI Financial Group.
Dilansir dari laman Energy Connects, harga minyak mentah Brent turun $1,71 (Rp25.950), atau 2,27%, menjadi $73,46 (Rp1.114.810) per barel. Sementara itu, harga minyak mentah West Texas Intermediate AS turun $1,87 (Rp28.378), atau 2,61%, menjadi $69,69 (Rp1.057.598) per barel.***
Penulis: Anna Novita Rachim
Editor: Annisaa Rahmah