banner 728x250
Event  

Hadir di Beijing International Film Festival, Produser Film Lafran: Pemerintah Perlu Mendorong Potensi Ekonomi Kreatif

Produser Film Lafran, Arief Rosyid hadir di 14th Beijing International Film Festival. Foto: Istimewa
Produser Film Lafran, Arief Rosyid hadir di 14th Beijing International Film Festival. Foto: Istimewa
banner 120x600
banner 468x60

Tuturpedia.com – Eksekutif produser film Lafran, M. Arief Rosyid Hasan menghadiri 14th Beijing International Film Festival (BJIFF), yakni festival tahunan perkumpulan para sineas dari berbagai negara.

14th Beijing International Film Festival (BJIFF) bertemakan ‘Englightened by Films, United as One’ yang berlangsung sejak Kamis, 18 April 2024 s.d. Jumat, 26 April 2024 di Beijing, China.

Adapun perjalanan Arief Rosyid ke Beijing menjadi bagian dari upaya guna memperluas jaringan dan bertukar ilmu dengan para sineas dunia untuk mendorong film karya anak bangsa secara internasional.

“Alhamdulillah, tahun ini saya dapat turut menghadiri rangkaian 14th Beijing International Film Festival di Negeri Tirai Bambu bersama senior-senior insan perfilman Tanah Air. Suatu kesempatan yang luar biasa baik untuk belajar dari para expert di dunia perfilman dari segala penjuru dunia,” ujar Arief.

“Pada tahun 2030 nanti, kita akan menikmati puncak bonus demografi. Di masa itu jumlah penduduk berusia produktif akan lebih banyak dibandingkan penduduk non produktif. Hal ini berarti, Indonesia akan didominasi oleh generasi muda. Menuntut ilmu sampai ke negeri China, begitu ya,” lanjutnya.

TUTURPEDIA - Hadir di Beijing International Film Festival, Produser Film Lafran: Pemerintah Perlu Mendorong Potensi Ekonomi Kreatif
Beijing International Film Festival 2024. Foto: Istimewa

Arief juga menuturkan bahwa hal ini ialah suatu upaya untuk generasi muda Indonesia naik kelas.

“Menuju Indonesia emas 2045, peran orang muda dalam agenda-agenda pembangunan menjadi semakin krusial, termasuk pembangunan industri kreatif dan perfilman. Dalam berbagai kesempatan, saya selalu menyampaikan bahwa orang muda harus berani berada di arena, harus maju sebagai pemimpin, bukan berada di pinggiran,” terangnya.

“Dalam bidang apa pun itu, regenerasi menjadi salah satu kunci untuk keberlanjutan. Saya rasa, di industri perfilman pun demikian. Insan-insan perfilman yang hari ini semakin banyak diisi orang muda insyaallah menjadi penerus yang akan mendorong film Indonesia di kancah internasional. Pemerintah perlu lebih berpihak pada ekosistem perfilman agar mampu membuka semakin banyak lapangan kerja bagi orang muda dan mendorong secara maksimal potensi ekonomi kreatif untuk Indonesia Maju,” tutur Arief.

TUTURPEDIA - Hadir di Beijing International Film Festival, Produser Film Lafran: Pemerintah Perlu Mendorong Potensi Ekonomi Kreatif
BJIFF 2024. Foto: Istimewa

Dalam kesempatan yang sama, Ketua Bidang Bisnis dan Pembiayaan Badan Perfilman Indonesia, Celerina Judisari mengatakan bahwa Indonesia perlu aktif untuk datang ke festival film internasional.

“Indonesia perlu rajin untuk mengunjungi festival film internasional seperti Beijing International Film Festival ke-14 ini, terus menjalin hubungan dan memberikan update ke masyarakat dunia perkembangan film di Indonesia,” kata Celerina Judisari.

TUTURPEDIA - Hadir di Beijing International Film Festival, Produser Film Lafran: Pemerintah Perlu Mendorong Potensi Ekonomi Kreatif
BJIFF 2024. Foto: Istimewa

Celerina Judisari kemudian menyebutkan bahwa Indonesia ke depannya mampu menciptakan forum serupa supaya kemajuan film di Indonesia lebih dikenal dunia dan ekosistem perfilman makin maju.

Sebagai informasi, Beijing International Film Festival (BJIFF) pertama kali diadakan pada tahun 2011. Tahun ini, BJIFF dipimpin oleh China Film Administration yang kolaborasi dengan berbagai badan pemerintahan tingkat nasional dan daerah, serta dengan pihak privat. 

Tentang Film Lafran

Film Lafran ialah film biopik tentang pendiri organisasi Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), Pahlawan Nasional, Lafran Pane (Dimas Anggara).

Berawal dari kisah Lafran kecil (Nabil Lungguna), yang cerdas namun kurang disiplin. Lafran kemudian tumbuh menjadi pemberontak dan pindah ke berbagai sekolah, ia juga sempat menjadi petinju jalanan.

Di sisi lain, kakak laki-lakinya yaitu Sanusi Pane (Aryo Wahab) dan Armijn Pane (Alfie Afandi), mendorong Lafran agar energinya disalurkan ke dalam bentuk karya.

Saat dalam penguasaan Jepang, Lafran sempat ditahan sebab membela para peternak sapi. Lalu dia dibebaskan usai ayahnya menebus dengan menyerahkan bus Sibualbuali kepada tentara Jepang.

Sewaktu kuliah di Yogykarta, Lafran merasa gelisah saat melihat kaum muslim terpelajar yang terlalu larut dalam pemikiran sekuler dan melupakan ibadah. Ia pun mendirikan HMI untuk wadah dalam berjuang membingkai keislaman dan keindonesiaan serta nonpolitik.

Tak sendiri, Lafran didukung oleh kekasihnya, Dewi (Lala Karmela), ia merelakan HMI dipimpin mahasiswa yang bukan dari Sekolah Tinggi Islam (STI), sebelum akhirnya meminta MS Mintaredja (Firandika) dari UGM memimpin HMI.

Ucapan “Saya lillahi ta’ala untuk Indonesia,” dari Lafran Pane, sosok yang mempunyai daya magis kuat, kini menjadi perekat bagi organisasi yang dibentuknya, Himpunan Mahasiswa Indonesia (HMI).

Sejak HMI berdiri pada 5 Februari 1947, HMI sudah mewujudkan diri menjadi organisasi mahasiswa Islam yang memberikan kontribusi besar dalam memperkuat fondasi keislaman dan keindonesiaan.

Selama 76 tahun, HMI menjadi penjaga dua nilai agung, yakni nilai keumatan dan kebangsaan. Ini membuka jalan bagi terwujudnya Islam yang rahmatan lil ‘alamin, ramah, toleran, menghargai persatuan, dan perdamaian.***

Penulis: Annisaa Rahmah.