Tuturpedia.com – Lukas Kolo, pahlawan tanpa tanda jasa yang mengaku tidak menerima gaji selama 10 tahun.
Dikutip Tuturpedia.com dari berbagai sumber, Sabtu (25/11/2023), Lukas Kolo (37) merupakan seorang guru PPPK di SMP Negeri Wini NTT yang mengaku sudah 10 tahun mengajar, tetapi tak pernah digaji.
Dalam sebuah wawancaranya yang kini viral di media sosial, ia menyebutkan bahwa saat ini dirinya tinggal di perpustakaan sekolah untuk menghemat ongkos.
Bukan hanya itu saja, keluarganya pun ikut tinggal di ruang perpustakaan yang ternyata sudah dialihfungsikan menjadi mes.
Hal tersebut terpaksa dilakukan oleh Lukas Kolo demi menghemat biaya transportasi dari rumah menuju sekolah yang jaraknya bisa menempuh sekitar 25 kilometer ke SMP Negeri Wini.
Kisah pilu tersebut bukan hanya dialami oleh Lukas seorang, karena masih ada 2 orang guru lainnya yang juga kini tinggal di perpustakan sekolah.
Perpustakaan SMP Negeri Wini sudah sejak lama dialihfungsikan menjadi tempat tinggal sementara para guru.
Pada Agustus 2023, ia menerima Surat Keputusan (SK) Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian kerja (PPPK), tetapi sampai saat ini dirinya masih belum juga digaji.
Menurut Lukas ia hanya pulang ketika ada keperluan saja kadang bisa satu bulan sekali. Lukas mengaku tidak mengetahui kapan akan menerima gaji.
Saat ini dia hanya bisa menunggu saja. Lukas juga sempat menjelaskan, untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, ia kerap bekerja sampingan sebagai pekerja kebun dan menjual hewan.
“Saya terima SK tanggal 7 Agustus 2023, sampai hari ini belum terima gaji. Mungkin pemerintah masih urus, karena terlalu banyak peserta,” ungkap Lukas.
Bukan hanya kesejahteraan guru saja yang perlu diperhatikan oleh pemerintah, tetapi permasalahan lain yang perlu diperhatikan pemerintah adalah pemerataan fasilitas pendidikan.
Pasalnya Lukas bukan hanya belum menerima gaji, saat mengajar pun ia menemui kesulitan dan harus memutar otak untuk membuat alat peraga.
Lukas biasanya menggunakan telepon genggam miliknya untuk praktik listening bahasa Inggris. Kemudian suara dari telepon tersebut ia sambungkan ke pengeras suara.
Ia mengaku harus memutar otak untuk menyediakan alat peraga tersebut karena di sekolahnya yang belum memiliki laboratorium bahasa.
Keterbatasan alat peraga yang dimiliki SMP Negeri Wini, NTT bukan hanya itu saja, Lukas serta guru lain pun sering meminjam ke sekolah lain yang jaraknya cukup jauh dari tempat mengajar.
Sampai saat ini, Lukas masih menunggu pemerintah untuk segera memberikan haknya berupa gaji yang sudah lama tak ia terima.
Lukas berharap Pemerintah Indonesia bisa lebih memperhatikan tenaga pengajar di seluruh pelosok tanah air yang masih jauh dari kata sejahtera dan harus berhadapan dengan keterbatasan.
Lebih lagi masih banyak guru di pelosok tanah air yang bernasib sama seperti dirinya.***
Penulis: Niawati
Editor: Nurul Huda