Tuturpedia.com – Dengan adanya Gerakan Sejuta Kotak Umat diharapkan dapat menjadi solusi berkurangnya alokasi pupuk bersubsidi. Sekaligus sebagai upaya mempertahankan atau mengembalikan kesuburan lahan pertanian di Kabupaten Blora, Jawa Tengah.
Hal tersebut disampaikan langsung oleh Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Pangan,Pertanian, Peternakan dan Perikanan (DP4) Blora, Ngaliman, pada awak media ini, pada Jumat (27/10/2023).
Ia mengatakan, pengurangan pupuk bersubsidi di wilayah tersebut pada awalnya cukup menggelisahkan para pemangku kebijakan.
“Seperti daerah-daerah lain, alokasi pupuk bersubsidi berkurang dari standar kebutuhan, alokasi pupuk bersubsidi bagi beberapa komoditas tanaman yang telah dicoret sebelumnya, ditambah lagi Blora memiliki lahan pertanian pangan yang terletak di kawasan hutan, yang jelas tidak memperoleh alokasi pupuk bersubsidi,” ucapnya.
Lebih lanjut, Ngaliman sapaan akrab plt DP4 Blora ini, mengungkapkan bahwa sebenarnya banyak pihak yang menyadari, penggunaan pupuk pabrikan atau pupuk anorganik juga meninggalkan dampak buruk bagi kesuburan tanah.
“Berdasarkan hasil uji sampel, kandungan Bahan Organik (BO) lahan pertanian di Blora rata-rata tinggal 1.5 %,” ucapnya.
Tentunya, lanjutannya kembali, Kondisi BO lahan pertanian yang sangat memprihatikan tersebut sangat ironis dengan kenyataan, bahwa kabupaten Blora mempunyai populasi ternak sapi terbesar di Jawa Tengah. Yakni mencapai 285.000 ekor, bahkan diperkirakan bisa lebih karena terus bertambah setiap hari.
“Namun ditingkat akar rumput, sungguh tidak mudah mengubah kebiasaan petani yang selama setengah abad telah terbiasa menggunakan pupuk pabrikan. Padahal Beberapa kelebihan pupuk pabrikan/anorganik antara lain dampak pemupukan cepat terlihat, praktis dan murah,” ungkapnya.
“Dari kondisi kepepet tersebut munculah gagasan “Gerakan Sejuta Kotak Umat”. Yaitu gerakan membuat kotak didekat kandang sapi, untuk menampung, mengolah kohe setiap hari menjadi pupuk organik berkualitas tinggi,” ungkapnya kembali.
Menurutnya, gagasan ini telah dieksekusi menjadi program Pemerintah Daerah Kabupaten Blora dan didukung sepenuhnya oleh Bupati beserta jajaran Forkompinda Blora.
“Pupuk organik tersebut selanjutnya dapat ditebar dilahan pertanian. Sehingga produksi dan produktivitas hasil pertanian dapat dipertahankan, bahkan ditingkatkan.
Tentunya, Pupuk kotoran hewan (kohe) saat ini menjadi pilihan para petani sebagai pengganti sulitnya mendapatkan pupuk bersubsidi, tidak kecuali petani di Kabupaten Blora,” terangnya.
“Dan, melalui gerakan masif ini pula menjadikan kotoran ternak bermutu serta bermanfaat “Gerakan Sejuta Kotak Umat”. Bahkan, Pemerintah Daerah Kabupaten Blora memobilisasi pengadaan, pengolahan dan penggunaan pupuk kohe di masyarakat,” terangnya kembali .
Bahkan, berdasarkan penuturannya setelah beberapa bulan program berjalan, ternyata respon dari petani dan peternak sangat positif.
“Sepertinya para peternak sapi yang semuanya juga petani, merasakan manfaat dari program ini. Sehingga meskipun pembuatan kotak dibiayai secara swadaya, mereka tetap melakukannya dengan penuh semangat,” bebernya.
Perlunya diketahui bahwa Sebagai titik awal, Bupati Blora Arief Rohman telah mencanangkan secara resmi gerakan tersebut ditandai dengan memukul gong, dan disaksikan oleh seluruh jajaran Forkopimda ,dinas terkait dan para Penyuluh Pertanian pada bulan Maret 2023 lalu.
Dengan adanya Gerakan Sejuta Kotak Umat ini diharapkan dapat menjadi solusi berkurangnya alokasi pupuk bersubsidi. Sekaligus sebagai upaya mempertahankan atau mengembalikan kesuburan lahan pertanian di Blora.
Pupuk organik yang dihasilkan dari gerakan ini dapat digunakan di semua lahan pertanian. Baik di lahan sawah, lahan kering maupun lahan pertanian di kawasan hutan, yang tidak dapat masuk RDKK pupuk bersubsidi.
Lebih lanjut Arief mengatakan pembuatan sejuta kotak umat ini akan berupa gerakan yang dilakukan secara masif di seluruh wilayah Kabupaten Blora.
Gerakan akan dikawal semua Camat, Kepala Desa dan Lurah serta jajaran Babinsa dan Babinkamtibmas. Sebagai motor penggerak utama adalah para Penyuluh Pertanian Lapangan yang berada di 16 BPP pada 16 Kecamatan.***
Penulis: Lilik yuliantoro