Tuturpedia.com – Perjanjian gencatan senjata sementara untuk memfasilitasi pembebasan puluhan orang yang disandera selama perang Israel-Palestina diharapkan akan memberikan kelonggaran pertama bagi warga yang ditawan oleh kedua negara.
Setelah mengalami hambatan pada menit-menit terakhir, kesepakatan itu mulai berlaku pada Jumat, sehari lebih lambat dari rencana semula.
Berdasarkan ketentuannya, Israel dan Hamas sepakat untuk menghentikan permusuhan selama empat hari. Tahanan Palestina yang ditahan oleh Israel juga akan dibebaskan sebagai bagian dari perjanjian tersebut.
Kesepakatan itu ditengahi oleh Qatar, AS dan Mesir dan diumumkan pada Rabu. Hal ini mengakhiri perundingan tidak langsung yang berlangsung selama berminggu-minggu.
Pada akhirnya, hanya tiga dari 38 anggota kabinet yang memberikan suara menentang gencatan senjata – Menteri Keamanan Nasional Itamar Ben-Gvir dan dua anggota partai politik sayap kanan lainnya.
Dikutip dari laman AP News, Sabtu (25/11/23) kantor perdana menteri mengatakan kesepakatan itu mengharuskan Hamas membebaskan sedikitnya 50 perempuan dan anak-anak selama gencatan senjata empat hari.
Hamas, yang menguasai Gaza, juga mengeluarkan pernyataan yang membenarkan bahwa 50 perempuan dan anak-anak yang ditahan di wilayah tersebut akan dibebaskan dengan imbalan Israel akan membebaskan 150 perempuan dan anak-anak Palestina dari penjara-penjara Israel.
Selain pembebasan tawanan, dikatakan juga bahwa Israel juga akan menghentikan semua tindakan militer di Gaza dan ratusan truk yang membawa bantuan kemanusiaan, medis, dan bahan bakar akan diizinkan masuk ke wilayah tersebut.
Perjanjian tersebut merupakan gencatan senjata pertama dalam perang usai Israel meratakan sebagian besar wilayah Gaza, yang merupakan rumah bagi sekitar 2,3 juta orang.
Para pejabat Palestina mengatakan sedikitnya 14.100 orang telah terbunuh, sementara PBB mengatakan sekitar 1,7 juta orang terpaksa meninggalkan rumah mereka.
Pembebasan Tawanan Masih Berlangsung di Hari Kedua Gencatan Senjata
Warga Palestina di Jalur Gaza yang dilanda perang mengalami hari kedua yang relatif tenang karena tidak adanya serangan Israel selama jeda sementara dalam pertempuran berlangsung.
Gencatan senjata selama empat hari mulai berlaku sejak Jumat pagi dan tampaknya berjalan tanpa hambatan pada Sabtu.
Sebanyak 2,3 juta warga Palestina di Gaza sementara ini dapat tidur tanpa rasa takut terbunuh dalam serangan udara Israel.
Hal ini juga memberikan waktu bagi keluarga-keluarga untuk mencoba mendapatkan pasokan makanan dan air, yang semakin langka di tengah serangan yang tak henti-hentinya terhadap wilayah yang terkepung.
Menurut seorang reporter Al Jazeera, Hani Mahmoud, mengatakan bahwa gencatan senjata ini juga memberikan sedikit momen pada para masyarakat Palestina yang kehilangan orang yang dicintai dan teman atau anggota keluarga untuk memberikan penghormatan dan mendoakan mereka.
Sebab, seperti yang terlihat dari pemberitaan sebelumnya, proses pemakaman dan penguburan yang layak tidak diperbolehkan di bawah pengeboman besar-besaran dan serangan udara tanpa henti.
Selain itu, pada hari kedua gencatan senjata diperkirakan lebih banyak lagi tawanan yang akan dibebaskan, karena kantor perdana menteri Israel mengatakan telah menerima daftar tawanan yang akan dibebaskan pada Sabtu.
Pada Jumat (24/11/23) diketahui ada sebanyak 24 sandera yang ditahan oleh Hamas di Gaza dibebaskan, 13 di antaranya adalah warga Israel.
Sementara itu, 24 sandera yang ditahan oleh Hamas di Gaza dibebaskan, 13 di antaranya adalah warga Israel.
Selama empat hari jeda tersebut, setidaknya 50 orang diperkirakan akan dibebaskan oleh Hamas, meninggalkan sekitar 190 tawanan di Gaza. Sebagai imbalannya, 150 warga Palestina diperkirakan akan dibebaskan oleh Israel.
Gencatan senjata yang kini terjadi diketahui berpotensi untuk diperpanjang. Sehingga memungkinkan pengiriman bantuan pertama sejak awal perang tiba di Gaza utara.***
Penulis: Anna Novota Rachim
Editor: Nurul Huda