Tuturpedia.com – Pasukan Zionis Israel kembali menyerang Jalur Gaza, Palestina pada Jumat (1/12/2023) pagi.
Serangan ini berlangsung pasca berakhirnya genjatan senjata antara militer Israel (IDF) dengan Hamas selama 5 hari.
Serangan Israel di jalur Gaza terjadi sekitar pukul 7 pagi waktu setempat (05:00 GMT). Menurut pejabat kesehatan Gaza, lebih dari 180 orang tewas dalam serangan Israel kali ini dan sedikitnya 589 orang luka-luka akibat serangan.
IDF melakukan operasi militer di sejumlah wilayah di Gaza, termasuk Gaza bagian selatan, yang sebelumnya dianggap aman bagi warga.
Serangan menghancurkan wilayah timur Khan Younis di selatan Gaza, tempat pengungsian di Jabalia, Nuseirat dan Bureij, hingga menghancurkan rumah-rumah di Rafah.
“Warga sipil diperintahkan untuk pindah ke selatan, tapi tidak ada tempat di Gaza yang aman karena pemboman tanpa pandang bulu dan pertempuran yang terus berlanjut,” menurut pernyataan LSM Doctors Without Borders atau MSF di platform X, dilansir Tuturpedia.com dari Aljazeera (2/12/2023).
Klaim Israel Terhadap Hamas
IDF mengklaim pasukan Hamas telah melanggar kesepakatan saat gencatan senjata berlangsung.
“Hamas melanggar jeda operasional, dan selain itu, menembak ke arah wilayah Israel. Maka IDF melanjutkan perang melawan Hamas,” kata tentara Israel dalam sebuah postingan di platform X.
Sementara Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menyatakan bahwa Hamas tidak setuju untuk melepaskan sandera Israel lebih lanjut, sehingga melanggar ketentuan dalam gencatan senjata.
Namun, Hamas belum memberikan tanggapan terkait pernyataan Israel.
Bantuan Dihentikan
Lembaga Bulan Sabit Merah Palestina (PRCS) mengatakan pasukan Israel telah melarang semua organisasi dan lembaga yang beroperasi di persimpangan, bahwa truk dilarang masuk, hingga pemberitahuan lebih lanjut.
“Kondisi ini membuat kondisi warga Gaza semakin terpuruk. Hal ini juga menyulitkan para lembaga atau organisasi kemanusiaan memberikan bantuan kepada para pengungsi,” kata PRCS lewat platform X.
Selama gencatan senjata, Hamas membebaskan 110 tawanan, termasuk 80 warga Israel. Sementara Israel membebaskan tawanan 240 warga Palestina, termasuk perempuan dan anak-anak, banyak di antaranya telah ditahan secara administratif selama berbulan-bulan tanpa dakwaan.
Namun, pada periode yang sama, jumlah penangkapan warga Palestina di Tepi Barat dan Yerusalem Timur yang diduduki Israel hampir sama banyaknya dengan jumlah tawanan Palestina yang dibebaskan.
Gencatan senjata memungkinkan bantuan yang sangat dibutuhkan masuk ke wilayah Gaza, meskipun pasokan makanan, air, obat-obatan dan bahan bakar masih belum mencukupi 2,3 juta penduduk Gaza.***
Penulis: Angghi Novita
Editor: Annisaa Rahmah