Semarang, Tuturpedia.com – Komunitas teater asal Kota Semarang, HAE Theater menggelar pertunjukan teater bertajuk Pagi Yang Merepotkan.
Dalam pertunjukan yang digelar pada Sabtu malam, 25 Mei 2024 di Gedung Ki Narto Sabdo (Gedung Baru) Taman Budaya Raden Saleh (TBRS) ini tampak Sekretaris Daerah (Sekda) Kota Semarang, Iswar Aminuddin, turut berperan di dalam pertunjukan.
Pertunjukan ini ditulis dan disutradarai oleh Khotibul Umam, dosen di Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Diponegoro sekaligus pegiat teater Kota Semarang.
Untuk diketahui, Khotibul Umam pernah tergabung dalam Teater Emper Kampus (Emka) dan juga merupakan pentolan beberapa komunitas seni pertunjukan seperti Roda Gila & Kelab-kelib Bersaudara, Wayang Tenda, serta Forum Senin Legi.
Pertunjukan Pagi Yang Merepotkan dibintangi oleh Salma Ibrahim yang berperan sebagai ibu rumah tangga yang berjuang melanjutkan hidup pasca berpisah dengan anak dan keluarga kecilnya. Tampak pula Sekda Kota Semarang, Iswar Aminuddin yang berperan sebagai pelatih tinju.
Pasca kegiatan, Iswar Aminuddin menyampaikan kesannya selama proses pementasan teater Pagi Yang Merepotkan.
“Sangat oke ya, saya merasa terharu, bangga dan bercampur rasa bahagia karena pada malam hari ini, kita di kota Semarang mempunyai generasi anak muda yang mampu memberikan karya yang luar biasa,” ucap Iswar kepada Tuturpedia.com.
Lebih lanjut, Iswar menyampaikan bahwa kegiatan semacam ini harus terus digalakkan sebab antusiasme dari publik sangatlah tinggi.
“Ketika saya ditawari oleh teman-teman dari HAE Theater, saya langsung tertarik supaya juga mendorong seniman di kota Semarang agar dapat lebih aktif dalam berkarya kemudian karyanya dapat ditampilkan di publik, mengingat kalau kita lihat antusiasme penonton sangatlah tinggi,” katanya.
Terkait dengan proses latihan, Iswar menyampaikan di tengah kesibukannya, ia menyempatkan untuk latihan persiapan pementasan.
“Ya jadi saya sempatkan untuk latihan ya Mas, jadi kalau malam saya latihan sama teman-teman HAE Theater, latihan berdua sama Salma untuk boxing juga,” jelas Iswar.
Di akhir, Iswar berpesan, bahwa kehadiran pejabat pemerintah dalam kegiatan sosial budaya semacam ini dapat menunjukkan dukungan langsung kepada pegiat seni.
“Kami di pemerintahan tidak hanya berada di belakang meja, tapi harus turut langsung berperan, mengapresiasi, dan mendukung kegiatan semacam ini agar terus digelar sehingga dapat mengangkat iklim seni budaya di Kota Semarang,” tutupnya.
Sementara itu, Khotibul Umam selaku penulis dan sutradara pertunjukan teater Pagi Yang Merepotkan menyampaikan bahwa proses penggarapan pertunjukan ini adalah ruang aman bagi pemeran dan seluruh tim produksi.
“Proses awalnya kami membuat Salma merefleksikan kisah hidupnya dalam tulisan, mulai dari catatan harian, puisi yang kamu kumpulkan menjadi teks pertunjukan,” ucap Khotibul Umam.
“Dalam prosesnya ini kami berupaya agar jangan sampai malah memunculkan trauma masa lalu. Syukur-syukur dapat menjadi wahana rekonsiliasi terhadap luka, lahir dan batin,” lanjutnya.
Sebagai informasi, pementasan ini digarap dengan konsep pendekatan psikodrama dan drama therapy yang telah muncul sejak 1920-an. Konsep ini diinisiasi oleh Jacob Levy Moreno yang melakukan eksperimen teater berdasarkan spontanitas dan improvisasi di klinik psikiatri miliknya.
Sementara dokumentasi awal munculnya drama therapy adalah ceramah Peter Slade di tahun 1939 kepada British Medical Association.
Lebih lanjut, selain membuka ruang kolaborasi dengan berbagai pihak dan individu, pertunjukan ini diharapkan dapat mengobarkan api kesenian teater di Kota Semarang mengingat eksistensi komunitas teater profesional dan teater kampung di Kota Semarang tidaklah banyak.
Sebab selama ini, geliat pertunjukan teater banyak diisi oleh komunitas teater kampus dan pelajar. Maka, pertunjukan ini diharapkan dapat menjadi pemantik bagi kelompok teater agar dapat tampi menggunakan gedung baru TBRS ini.
“Semoga kedepannya lebih banyak lagi kelompok teater yang bisa menggunakan gedung ini dan kembali meramaikan TBRS,” tutup Khotibul Umam.***
Kontributor Kota Semarang: Rizal Akbar.
Editor: Annisaa Rahmah.