Indeks
Budaya  

Gelar Kongres Bahasa Jawa VII, Pemprov Jateng Minta Penggunaan Bahasa Jawa Dilestarikan

Pemprov Jawa Tengah minta penggunaan bahasa Jawa dilestarikan. Foto: Humas Pemprov Jateng
Pemprov Jawa Tengah minta penggunaan bahasa Jawa dilestarikan. Foto: Humas Pemprov Jateng

Semarang, Tuturpedia.com – Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Tengah (Jateng) menggelar Kongres Bahasa Jawa (KBJ) VII dalam upaya merawat bahasa Jawa dengan berbagai dialeknya dari ancaman kepunahan pada (28/11/2023). 

Adapun Kongres bahasa Jawa ini dilaksanakan di Hotel Alana Karanganyar.

Sekretaris Daerah Provinsi Jateng, Sumarno yang menghadiri Kongres bahasa Jawa (KBJ) VII, menyampaikan bahwa kelestarian bahasa Jawa dapat terjadi apabila sering digunakan dalam komunikasi sehari-hari.

“Supaya bisa terjaga kelestariannya, harus sering digunakan dalam komunikasi sehari-hari. Perbendaharaan bahasa Jawa sangat beragam, kalau tidak digunakan akan hilang,” ujar Sumarno.

Kegiatan lima tahunan yang membahas bahasa dan budaya Jawa itu, diprakarsai oleh tiga provinsi yakni Provinsi Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Daerah Istimewa Yogyakarta. 

Sumarno mengatakan, bahasa Jawa memiliki banyak dialek, sehingga perlu adanya tindakan untuk merawat.

Di Jawa Tengah sendiri, bahasa Jawa berkembang dengan berbagai dialek, di antaranya ialah dialek Jawa Ngapak, Banyumasan, Semarangan, dan Solo Raya.

Sumarno menjelaskan, beberapa upaya dan kebijakan telah dilakukan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah untuk menjaga eksistensi dan kelestarian bahasa Jawa.

Salah satunya adalah dengan penggunaan bahasa Jawa di lingkungan Kantor Setda Jateng setiap hari Kamis. 

Menurut Sumarno, bahasa Jawa memiliki nilai budaya dan budi pekerti yang tinggi karena mengandung unggah-ungguh, etika, dan sopan santun. 

Di era globalisasi, lanjut Sumarno, tidak sedikit tantangan yang harus dihadapi dalam upaya pelestarian bahasa Jawa.

Maka dari itu, Sumarno berharap peran tenaga pendidik dan orang tua agar mengajarkan dan membiasakan bahasa Jawa kepada anak dalam upaya menjaga kelestariannya.

Dengan begitu, bahasa Jawa tetap bisa digunakan oleh generasi muda dan anak-anak.

“Saat masa kecil kita masih sering mendengarkan kata-kata bahasa Jawa, tetapi sekarang sudah jarang kita dengar. Apalagi di daerah perkotaan, anak-anak sekarang lebih banyak yang menggunakan bahasa Indonesia daripada bahasa Jawa,” jelas Sumarno.

Senada dengan Sumarno, Sekda Daerah Istimewa Yogyakarta Benny Suharsono juga menyampaikan, bahwa upaya menjaga kelestarian bahasa daerah seringkali dianggap nyaris mustahil dilakukan apabila tidak digunakan dalam komunikasi sehari-hari.

“Dalam melestarikan bahasa Jawa, tugas terberat adalah mengajak masyarakat untuk peduli dan secara konsisten ikut terlibat menggunakan bahasa maupun aksara Jawa,” kata Benny.

Benny berharap, kongres bahasa Jawa ini dapat menjadi titik tolak dalam misi sekaligus kemitraan antara pemerintah dan masyarakat dalam upaya kolektif untuk merawat dan melestarikan bahasa Jawa dan menghindarkannya dari kepunahan.***

Kontributor Kota Semarang: Rizal Akbar

Editor: Annisaa Rahmah

Exit mobile version