Tuturpedia.com – Ferras Hamad merupakan seorang mantan insinyur Meta Palestina-Amerika yang mengaku mendapatkan perlakuan setelah memperbaiki konten Pro-Palestina. Minggu ini, Hamad diketahui menggugat Meta atas ketidakadilan tersebut.
Seperti yang diketahui banyak pengguna aplikasi Meta, bahwa pihaknya memang berusaha untuk mengurangi intensitas postingan yang berbau pro-Palestina. Banyak pengguna Instagram yang mengeluhkan views di Instagram Story-nya menurun ketika memposting dukungan terhadap Palestina.
Namun, di balik itu Hamad yang merupakan mantan insinyur di Meta seakan membenarkan tindakan Meta tersebut. Dalam gugat yang ia buat di pengadilan negara bagian California atas diskriminasi, pemutusan hubungan kerja yang tidak sah dan kesalahan lainnya atas pemecatannya, ia menduga jika perusahaan tersebut bias dalam menangani konten yang berkaitan dengan perang di Gaza.
Ia juga mengeklaim dalam tuntutan hukum tersebut bahwa Meta memecatnya karena mencoba membantu memperbaiki bug yang menyebabkan penindasan postingan Instagram Palestina.
Selain itu, ia juga menduga jika pihak Meta memiliki pola bias terhadap warga Palestina. Pada gugatan tersebut ia mengatakan bahwa perusahaan tersebut menghapus komunikasi internal karyawan yang menyebutkan kematian kerabat mereka di Gaza dan melakukan penyelidikan terhadap penggunaan emoji bendera Palestina.
Namun sebaliknya, perusahaan tidak melakukan investigasi terhadap karyawan yang memposting emoji bendera Israel atau Ukraina dalam konteks serupa, sesuai tuntutan hukum.
Gugatan tersebut juga membeberkan bukti jika Meta melakukan penyimpangan prosedur dalam penanganan SEV terkait dengan pembatasan konten yang diposting oleh tokoh Instagram Palestina, Motaz Azaiza.
Ia menemukan bahwa video pendek yang diposting oleh jurnalis foto Palestina tersebut telah salah diklasifikasikan sebagai pornografi meskipun video tersebut menunjukkan sebuah bangunan yang hancur di Gaza.
Pihak Meta membela diri
Juru bicara Meta, Andy Stone mengatakan jika Hamad dipecat karena melanggar “kebijakan akses data” perusahaan yang memang dibatasi oleh Meta. Sehingga karyawan dibatasi mengakses data yang berbeda.
Namun, setelah pernyataan tersebut, pihak Meta menolak mengomentari klaim Hamad tentang alasan pemecatannya dan apa yang secara khusus dilarang oleh kebijakan akses datanya.
Sejak bulan Desember lalu, Meta menghadapi tuduhan menekan ekspresi dukungan terhadap warga Palestina. Hampir 200 karyawan Meta menyampaikan keprihatinan serupa melalui surat terbuka kepada Kepala Eksekutif Mark Zuckerberg dan para pemimpin lainnya awal tahun ini.***
Penulis: Anna Novita Rachim.
Editor: Annisaa Rahmah.