banner 728x250

Fenomena Bediding Sebabkan Musim Kemarau di Bulan Juli Lebih Dingin, Apakah Itu?

Bediding sebabkan pagi dan malam di musim kemarau di Indonesia terasa dingin. Foto: pixabay.com/anncapictures
Bediding sebabkan pagi dan malam di musim kemarau di Indonesia terasa dingin. Foto: pixabay.com/anncapictures
banner 120x600
banner 468x60

Tuturpedia.com – Ketika musim kemarau tiba, kamu mungkin berharap akan merasakan udara yang panas dan kering setiap hari. Namun, betapa terkejutnya kamu saat menemukan bahwa suhu udara justru terasa lebih dingin, terutama di pagi dan malam hari. 

Mengapa bisa begitu? Apa yang membuat musim kemarau, yang identik dengan terik matahari, malah terasa sejuk dan dingin? Mari kita telusuri alasan ilmiah yang menjelaskan fenomena menarik ini!

Apa Itu Fenomena Bediding?

Udara yang dingin di musim kemarau ternyata tak hanya terjadi di bulan Juli 2024 ini saja! Dikutip Tuturpedia dari laman BMKG, Jumat (5/7/2024), pada bulan Juli di tahun 2021 juga hal menarik ini sempat terjadi. Lantas, apa yang menyebabkan udara menjadi dingin di tengah-tengah musim kemarau?

BMKG menyebut jika kejadian menarik ini terjadi akibat adanya fenomena bediding. Fenomena bediding adalah peristiwa turunnya suhu udara secara drastis pada malam hari di musim kemarau, yang membuat kamu merasakan udara dingin. 

Bediding biasanya terjadi di daerah dataran tinggi atau pegunungan, di mana suhu bisa sangat rendah, bahkan mendekati titik beku. Fenomena ini terjadi karena adanya perbedaan suhu yang signifikan antara siang dan malam hari. 

Pada siang hari, sinar matahari yang terik membuat suhu udara meningkat drastis. Namun, saat malam tiba, langit yang cerah memungkinkan panas yang terkumpul di permukaan bumi sepanjang hari memancar kembali ke angkasa tanpa hambatan. Tanpa awan yang bertindak sebagai selimut alami, panas ini hilang dengan cepat, membuat suhu udara turun drastis.

Fenomena bediding juga merupakan bagian dari siklus alam yang menambah keunikan musim kemarau di daerah tropis seperti Indonesia. Fenomena ini umumnya akan terjadi di wilayah selatan Indonesia seperti Sumatra Selatan, Jawa Bagian Selatan hingga Bali, NTT, dan NTB. 

Mengapa Fenomena Bediding Mampir ke Indonesia?

Fenomena bediding, atau turunnya suhu udara secara signifikan di musim kemarau, memang menarik untuk dipahami, terutama karena Indonesia dikenal sebagai negara beriklim tropis yang biasanya hangat. Lalu, mengapa fenomena ini bisa terjadi di Indonesia?

  • Angin Muson: Selama musim kemarau, Indonesia dipengaruhi oleh angin muson timur yang bertiup dari arah Australia. Angin ini membawa udara kering dan dingin karena berasal dari daerah subtropis. Kamu akan merasakan perubahan suhu ini terutama di malam hari, ketika pengaruh angin ini makin terasa.
  • Posisi Matahari: Pada periode tertentu, posisi matahari berada di belahan bumi utara, sehingga wilayah selatan Indonesia menerima sinar matahari yang lebih miring. Hal ini menyebabkan suhu udara tidak terlalu panas pada siang hari dan menjadi lebih dingin pada malam hari. Jadi, meskipun matahari bersinar terang, kamu mungkin tidak merasakan panas yang berlebihan.
  • Pengaruh La Nina: Fenomena iklim global seperti La Nina dapat memperkuat efek dingin selama musim kemarau. La Nina menyebabkan suhu permukaan laut di Samudra Pasifik bagian tengah dan timur lebih dingin dari biasanya, yang berdampak pada perubahan pola cuaca di berbagai belahan dunia, termasuk Indonesia.

Fenomena bediding merupakan hasil dari kombinasi berbagai faktor alam yang mempengaruhi iklim dan cuaca di Indonesia. Dengan memahami beberapa penyebabnya di atas, kamu bisa lebih siap menghadapi perubahan suhu yang mungkin terjadi selama musim kemarau. Semoga membantu, Tuturpedians!***

Penulis: Anna Novita Rachim.

Editor: Annisaa Rahmah.