Tuturpedia.com – Sekitar empat bulan silam, Manchester United meninggalkan kandang FC Copenhagen di Parken Stadium pada babak fase grup Liga Champions 2023/24.
Bagaimana tidak? Klub legendaris nan ikonik asal Inggris tersebut harus menelan kekalahan 4-3 oleh klub asal Denmark itu.
Lantas, tak heran jika atmosfer di Parken Stadium malam diisi antusiasme luar biasa para penggemar FC Copenhagen. Meski begitu, nyatanya atmosfer seperti itu sudah tak lagi asing bagi mereka.
Karena jika kamu menelusuri kiprah FC Copenhagen di ajang Liga Champions ke belakang lagi, kemenangan atas MU bukanlah kali pertama mereka membungkam klub elit Eropa.
Bahkan, 8 November 2023 bukanlah kali pertama mereka menjungkalkan Manchester United. Pasalnya, mereka pernah melakukannya pada 2006 kala menaklukkan sang raksasa dengan kemenangan tipis 1-0.
Menariknya lagi, musim itu merupakan kali pertama FC Copenhagen tampil di ajang sekelas Liga Champions. Kemenangan itu pun mereka raih baru di laga kandang kedua mereka di kancah Eropa.
Yang makin mencengangkan, Manchester United pada era tersebut masih merupakan raksasa mengerikan di awal tahun 2000-an, plus mereka memiliki duet Wayne Rooney dan Cristiano Ronaldo.
Pelatih FC Copenhagen pada saat itu, Stale Solbakken, meyakini bahwa keberhasilan klub pada kala itulah yang menandai status mereka sebagai “pembunuh” klub elit.
“Ketika kami mengalahkan Manchester United 1-0, momen itu jadi awal mula dari yang kami sebut ‘malam Eropa’ di Parken,” tutur pria yang sekarang melatih timnas Norwegia itu.
“Saya pikir atmosfer yang Anda miliki di Parken selama pertandingan (saat malam Eropa) telah menjadi penguatan diri. Jadi terlepas dari tim yang Anda hadapi, Anda punya kepercayaan bahwa penonton dan atmosfer dan siapapun akan membantu Anda melaluinya,” imbuh Solbakken.
Sejak saat itu, penggemar FC Copenhagen menjadi terbiasa melihat para pemain klub-klub elit Eropa meninggalkan stadion dengan kekecewaan.
Oleh karena itu, jelas saja Manchester City harus penuh waspada dalam kunjungan mereka ke Parken Stadium pada pertengahan pekan ini untuk melakoni leg pertama babak 16 besar Liga Champions.
Bahkan, bisa dibilang bahwa misi kali ini adalah misi terberat FC Copenhagen sejauh ini di ajang Liga Champions: menghentikan laju kencang pasukan haus kemenangan Pep Guardiola.
Rekor Spektakuler FC Copenhagen di Kandang
Apabila sebatas dilihat dari atas kertas, rasanya enteng untuk meremehkan skuad FC Copenhagen kala mereka diadu dengan Manchester City.
Akan tetapi, faktor kandang merupakan faktor X yang luar biasa signifikan bagi perwakilan Liga Denmark tersebut, terutama di kancah Eropa.
Dari 18 pertandingan kandang yang FC Copenhagen lakoni di ajang Liga Champions sepanjang sejarah, mereka hanya kalah dua kali.
Mengingat bahwa ajang selevel Liga Champions dijejali klub-klub elit dengan suntikan dana yang seolah tak ada habisnya, tak pelak kalau kompetisi sebesar ini justru jadi ladang berburu FC Copenhagen yang diisi mangsa-mangsa gemuk.
Terlebih lagi, jangan lupakan torehan FC Copenhagen di fase grup Liga Champions musim ini. Lolos di peringkat kedua Grup A, mereka sanggup mengoleksi poin secara telaten dengan menaklukkan Galatasaray dan Manchester United.
Meskipun mereka kalah dari Bayern Munich, yang lolos sebagai juara Grup A, nyatanya mereka masih sanggup menahan imbang sang juara bertahan Bundesliga bahkan di Allianz Arena sekalipun.
Pep Guardiola Familiar dengan Beringasnya FC Copenhagen di Kandang
Dengan melihat data penampilan FC Copenhagen terutama di kandang, tentu saja Pep Guardiola wajib berhati-hati. Beruntung, sang pelatih asal Spanyol itu nampaknya sama sekali tidak meremehkan sang lawan.
Sikap Guardiola jelas saja wajar. Wong dia juga pernah merasakan pedihnya gigitan FC Copenhagen di kandang ketika ia masih melatih Barcelona!
Pada 3 November 2010, Guardiola datang ke Parken Stadium di Copenhagen bersama skuad Barca yang punya Carles Puyol dan Gerard Pique di belakang, Sergio Busquets, Xavi, dan Andres Iniesta di lini tengah, serta duet Lionel Messi dan David Villa sebagai ujung tombak.
Secara teori, skuad yang kerap dijuluki tim terbaik di dunia pada periode itu harusnya bisa saja melindas klub sekelas FC Copenhagen dengan entengnya.
Nyatanya? Gol Messi di menit ke-31 segera dibalas dengan gol tuan rumah kurang satu menit berselang. Pertandingan pun berakhir dengan hasil imbang 1-1.
Terang saja, Barcelona bukanlah satu-satunya klub yang pernah merasakan sakitnya gigitan Sang Singa Denmark.
Sepanjang perjalanan FC Copenhagen di kancah Eropa, mereka telah memakan korban klub-klub sekelas Ajax Amsterdam, Benfica, Borussia Dortmund, Celtic, FC Porto, Juventus, Sevilla, Valencia, dan tentunya Manchester United.
Bahkan, musim lalu ketika City menjuarai Liga Champions pun mereka sempat ditahan FC Copenhagen 0-0 kala berkunjung ke Parken Stadium.
Kali ini, kedua klub kembali bersua dan City hadir dengan status juara bertahan dan treble winner. Meskipun FC Copenhagen jelas merupakan sang kuda hitam atau underdog, sejarah telah membuktikan bahwa mereka bermain dengan mental pembantai klub elit Eropa di dalam DNA mereka.
Seperti halnya simbol yang tersemat di dada para pemain, auman Sang Singa asal Denmark kala menjamu juara bertahan pada Rabu (14/2) dini hari nanti jelas merupakan hal yang patut dinantikan para penggemar sepak bola.***
Penulis: K Safira
Editor: Nurul Huda