Tuturpedia.com – Dalam pidato di Ikatan Alumni Perhimpunan Pelajar Indonesia (IAPPI) di Gedung Smesco pada (12/10/2023), Erick Thohir menyebutkan data World Economic yang mengatakan bahwa 85 juta lapangan pekerjaan akan hilang.
Seperti yang kita ketahui, dunia terus mengalami perubahan. Salah satunya digitalisasi Artificial Intelligence (AI), yang bisa menciptakan tantangan untuk Indonesia di masa depan.
“Data-data World Economy menyatakan 85 juta lapangan pekerjaan yang hilang dibandingkan 67 juta yang tumbuh, artinya para tokoh yang di depan saya (generasi muda) punya tantangan berat,” ucap Erick Thohir, dikutip Tuturpedia.com dari YouTube IAPPI.
Dilansir Tuturpedia.com dari laman World Economic Forum (13/10/2023), pada 2025, sebanyak 85 juta pekerjaan bakal terganti oleh mesin yang dapat bekerja otomatis.
Pada 2025, keterampilan utama yang dibutuhkan di antaranya adalah pemikiran analitis, kreativitas, dan fleksibilitas. Seperti profesi kecerdasan buatan, pembuatan konten, dan komputasi awan (cloud computing).
Hal ini berawal saat pandemi Covid-19, Future of Jobs 2020 merilis laporan terkait pasar tenaga kerja berubah lebih cepat dari apa yang diperkirakan sebelumnya.
Sehingga dari segi perusahaan, pemerintah, dan pekerja harus mengaplikasikan visi baru bagi tenaga kerja global.
Masih dari laman yang sama, dikatakan bahwa pada 2025 nanti, perusahaan akan membagi pekerjaan antara manusia dan mesin secara merata.
Keterampilan yang melibatkan manusia akan meningkat, sedangkan mesin akan berfokus dalam memproses informasi, data, dan tugas administratif.
Menurut laporan analisis dokumen Mckinsey and Company tentang Automation and the future of work in Indonesia, dampak otomatisasi dan AI pada pekerjaan tergantung pada kategori tertentu. Contohnya aktivitas teknis yang lebih mudah melalui otomatisasi.
Penelitian menemukan sekitar 30% dari 60% aktivitas pekerjaan secara teknis dapat dilakukan otomatis.
Namun, tidak berarti bahwa lebih banyak pekerjaan otomatis, melainkan hanya terbagi antara aktivitas fisik manusia dengan yang otomatis.
Adapun penggantian tenaga manusia ini memiliki beberapa faktor yang bisa memengaruhi pekerjaan, seperti biaya penerapan dinamika pasar tenaga kerja, pasokan tenaga kerja, kualitas, dan upah.
Dikutip dari laman Indonesia GO ID (28/8/2019), berdasarkan laporan World Development Report 2019 oleh Bank Dunia, sejak awal kedatangannya, teknologi memang telah mengubah jenis keahlian yang ada di lingkup tenaga kerja.
Terjadi perubahan yang menciptakan kemudahan, seperti komunikasi lintas wilayah, otomatisasi pekerjaan, artificial intelligence (AI), kemudahan transportasi, serta perpindahan logistik.
Meski begitu, tidak serta-merta otomatisasi bakal menguasai seluruh pekerjaan. Memang benar, kecerdasan buatan dapat melakukan pekerjaan yang bersifat rutin dan terukur. Akan tetapi, bukan berarti manusia dapat tergeser begitu saja.
Namun, tantangan yang dihadapi justru lebih tinggi. Pekerja yang mempunyai kemampuan adaptasi cepat dan mampu menyelesaikan masalah, maka bisa menjadi pekerja yang punya banyak peluang.
Sebab tuntutan untuk menjadi pekerja pastinya akan diterpa oleh keahlian yang lebih besar, begitu juga dengan pengalaman kerja yang tak kalah penting.
Dengan demikian, apa yang terjadi di masa depan dunia kerja adalah tak menentu. Tetapi, perlu mempersiapkan diri untuk terus berkembang dalam melakukan inovasi dan kreativitas untuk seirama dengan adanya otomatisasi.
Dari segi pemerintah, tentu harus memiliki kebijakan yang berkaitan dengan lapangan kerja meski keadaannya terbatas.***
Penulis: Annisaa Rahmah
Editor: Nurul Huda















