Indeks

Emisi Gas Rumah Kaca Meningkat, Google Salahkan AI!

Google salahkan AI atas meningkatnya emisi gas rumah kaca. Foto: unsplash.com/gregbulla
Google salahkan AI atas meningkatnya emisi gas rumah kaca. Foto: unsplash.com/gregbulla

Tuturpedia.com – Google gagal mencapai tujuan iklimnya yang mereka umumkan pada tiga tahun lalu.

Google secara ambisius mengatakan akan mengatasi perubahan iklim dengan mencapai “net zero”, yang berarti bahwa Google tidak akan melepaskan lebih banyak gas pengubah iklim ke udara daripada yang dibuangnya pada tahun 2030.

Dikutip Tuturpedia dari laman Al Jazeera, Jumat (5/7/2024), Chief Sustainability Officer Google Kate Brandt mengatakan untuk mencapai sasaran net zero pada tahun 2030 adalah sasaran yang sangat ambisius.

“Kami tahu hal ini tidak akan mudah dan pendekatan kami harus terus berkembang dan hal ini mengharuskan kami untuk mengatasi banyak ketidakpastian, termasuk ketidakpastian seputar dampak lingkungan AI di masa depan,” kata Brandt.

Dalam Laporan Lingkungan 2024 perusahaan yang diterbitkan minggu ini, Google terpaksa mengakui bahwa emisi gas rumah kaca mereka telah meningkat sebesar 48% sejak tahun 2019. Menurut laporan tersebut, sebagian besar disebabkan oleh permintaan energi dari AI.

Google mengutip kecerdasan buatan dan permintaan terhadap pusat data, yang membutuhkan listrik dalam jumlah besar, untuk pertumbuhan tahun lalu.

Pembuatan listrik dengan membakar batu bara atau gas alam menghasilkan emisi gas rumah kaca, termasuk karbon dioksida dan metana, yang menghangatkan planet ini dan menyebabkan cuaca yang lebih ekstrem.

Atas peningkatan emisi gas rumah kaca ini, seorang direktur Pusat Investasi Berkelanjutan Columbia, Lisa Sachs mengatakan untuk mencapai tujuan “net zero” yang sangat ambisius tersebut Google harus berbuat lebih banyak untuk bermitra dengan perusahaan yang lebih ramah lingkungan dan berinvestasi di jaringan listrik.

“Kenyataannya adalah kita tertinggal jauh dari apa yang bisa kita lakukan sekarang dengan teknologi yang kita miliki, dengan sumber daya yang kita miliki, dalam hal memajukan transisi,” ujarnya.

Saat ini, internet tengah diramaikan dengan tren Artificial Intelligence (AI) hal ini menimbulkan risiko nyata bagi manusia selama beberapa tahun terakhir. Google, bersama dengan perusahaan teknologi terbesar lainnya di dunia, telah menetapkan beberapa tujuan lingkungan hidup yang tinggi.

Namun, perputaran data yang tiada henti membutuhkan energi yang sangat besar dan menyebabkan krisis iklim di dunia. Krisis iklim tersebut telah bisa kita lihat dan rasakan dalam beberapa pola. Contohnya, naiknya permukaan air laut dan hilangnya keanekaragaman hayati.***

Penulis: Anna Novita Rachim.

Editor: Annisaa Rahmah.

Exit mobile version