Tuturpedia.com – Elon Musk dikabarkan telah mencabut gugatan yang pernah ia layangkan kepada OpenAI sekaligus CEO-nya, Sam Altman.
Dilansir Tuturpedia dari The Verge pada Kamis (13/6/2024), gugatan tersebut berisi tuduhan perihal adanya pelanggaran kontrak dan dugaan bahwa OpenAI telah mengabaikan misi untuk menciptakan teknologi AI yang bermanfaat bagi umat manusia.
Setelah gugatan Musk ditarik, pemilik X itu nantinya masih bisa melayangkan gugatan serupa kepada OpenAI.
Keputusan untuk mencabut gugatan tersebut dilakukan oleh Musk tepat sehari sebelum agenda hearing yang telah dijadwalkan sebelumnya.
Dalam agenda itu, hakim rencananya akan meninjau ulang permintaan dari OpenAI untuk membatalkan kasus tersebut.
Pencabutan gugatan Elon Musk ke OpenAI juga terjadi setelah miliarder tersebut membeberkan bahwa ia akan melarang seluruh perangkat Apple di perusahaannya apabila Apple jadi mengintegrasikan teknologi OpenAI ke dalam Mac dan iPhone hingga ke level sistem operasi.
Gugatan Elon Musk yang sebelumnya ditujukan kepada OpenAI sendiri bukannya tanpa cela, bahkan disebut-sebut konyol. Pasalnya, ada beberapa isu dalam kasus Musk yang jadi sorotan.
Sebelumnya, Musk secara blak-blakan menuding bahwa OpenAI melanggar kontrak yang rupanya tidak ada. Kontrak yang dimaksud Musk adalah Founding Agreement atau kesepakatan pendirian, yang nyatanya tidak terlampir dalam barang bukti.
Bahkan, dalam gugatannya sendiri Musk bisa dibilang mengaku bahwa Founding Agreement yang ia maksud sebatas feeling yang dirasakan orang-orang dalam beberapa email.
Tak pelak, OpenAI segera saja menepis klaim dan tuduhan Musk begitu gugatan dilayangkan. Menurut perusahaan, pendiri SpaceX itu menghendaki kendali penuh atas perusahaan melalui merger dengan Tesla.
Sebagai bentuk serangan balik, Musk pun mendirikan perusahaan AI miliknya sendiri yang diberi nama xAI. Perusahaan itulah yang menciptakan chatbot Grok di layanan Premium X.
Melalui xAI, Musk telah mendapatkan pendanaan sebesar 6 miliar dolar AS (lebih dari Rp97,39 triliun) dari investor untuk mendanai chip yang dibutuhkan sistem AI-nya.***
Penulis: K Safira.
Editor: Annisaa Rahmah.