Tuturpedia.com – Pulau Onrust yang berada di Kepulauan Seribu, Jakarta ternyata menyimpan bukti sejarah yang penting.
Oleh karena itu, Tim Ekskavasi Arkeologi Dinas Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta kembali melakukan penggalian (ekskavasi) di situs arkeologi yang berada di Pulau Onrust.
Ekskavasi dilakukan guna membuktikan titik lokasi akses masuk dan keluar, serta batas-batas bastion (benteng pertahanan) Pulau Onrust yang mengacu pada denah Pulau Onrust oleh J. W. Heydt, tahun 1744.
Arkeolog Senior Candrian Attahiyat akan memimpin proses ekskavasi yang berlangsung selama 14 hari ini, yakni pada 8-22 November 2023. Candrian akan dibantu lima arkeolog muda lainnya, serta dibantu teknologi pemindaian georadar.
Menurut Kepala Dinas Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta, Iwan Henry Wardhana, ekskavasi arkeologi ini melanjutkan penelitian arkeologi sebelumnya.
“Pembuktian titik akses masuk dan keluar, serta batas-batas benteng pertahanan ini diharapkan dapat menjadi dasar pertimbangan pelestarian cagar budaya di Pulau Onrust, dan mendukung narasi edukasi yang disajikan oleh Museum Arkeologi Onrust kepada masyarakat yang berkunjung ke pulau tersebut nantinya,” kata Iwan.
Situs Sejarah di Pulau Onrust
Pulau Onrust berada di tengah laut kawasan Kepulauan Seribu. Di balik kecantikan pulau ini, Onrust menyimpan beberapa peninggalan sejarah, seperti sisa bangunan benteng di masa kolonial Belanda kala itu.
Tak hanya sisa bangunan benteng, Pulau Onrust juga pernah menjadi tempat (dermaga) pembuatan dan perbaikan kapal, gudang penyimpanan komoditas ekspor dari Kota Batavia (Jakarta), hingga menjadi salah satu basis pertahanan laut perairan di utara Batavia.
Namun, napak tilas sejarah di Onrust paling menarik adalah sisa bangunan bentengnya, yang pernah menjadi dinding pertahanan kolonial.
Benteng pertama di Pulau Onrust dibangun pada 1656. Benteng ini sempat dibongkar dan diperluas menjadi bangunan benteng besar secara bertahap pada 1671.
Dari segi bentuknya, benteng ini berbentuk segi empat dan hanya dilengkapi 2 (dua) bastion dengan courtine yang tidak panjang.
Namun, jika merujuk pada peta J.W. Heiydt, tahun 1744, benteng ini berbentuk segi lima dengan bastion pada masing-masing sudutnya.
Bastion adalah pos pengamanan di sudut bangunan benteng yang menjorok keluar dengan denah segi empat atau trapesium, sedangkan courtine adalah dinding yang menghubungkan antara bastion tersebut.
Ekskavasi Pulau Onrust
Pemerintah telah melakukan beberapa kali ekskavasi arkeologi di Pulau Onrust. Misalnya pada 1981-1995, ekskavasi dilakukan oleh Tim Arkeologi Dinas Museum dan Sejarah Provinsi DKI Jakarta melalui Bidang Permuseuman Sejarah dan Purbakala, serta pelibatan Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran (P3SPS).
Berdasarkan hasil ekskavasi arkeologi tersebut, para arkeolog menemukan sisa bangunan berupa pondasi, sisa struktur benteng, fasilitas umum, dan temuan lepas.
“Sementara dari hasil temuan ekskavasi sejauh ini, dapat disimpulkan bahwa pembuatan Benteng Onrust tidak hanya dari batu dan karang, tetapi juga dari kayu. Saat ini sisa-sisa benteng tersebut masih terlihat di permukaan,” pungkas Iwan.
Pulau Onrust merupakan salah satu pulau bersejarah di Kabupaten Kepulauan Seribu. Pulau dengan luas sekitar 8,22 hektare ini telah ditetapkan sebagai Kawasan Cagar Budaya, berdasarkan Keputusan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 2209 Tahun 2015 tentang Penetapan Gugusan Pulau Onrust, Pulau Cipir, Pulau Kelor, dan Pulau Bidadari di Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu.***
Penulis: Angghi Novita
Editor: Nurul Huda
