Tuturpedia.com — Mantan Presiden Amerika Serikat Donald Trump kembali bikin heboh lewat pidatonya di Sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) ke-80. Dengan nada tinggi, Trump melontarkan serangkaian pernyataan provokatif yang menyinggung banyak negara, terutama soal imigrasi, energi, hingga konflik global.
Ancaman Pedas: “Negara Kalian Akan Masuk Neraka”
Dalam pidato yang berlangsung di markas besar PBB di New York, Trump memperingatkan negara-negara yang dianggap gagal mengendalikan perbatasan dan imigrasi.
“Jika kalian tidak bisa mengendalikan perbatasan, negara kalian akan masuk neraka,” tegas Trump di depan para pemimpin dunia.
Pernyataan ini langsung menyulut perhatian karena dinilai kasar dan keluar dari norma diplomasi internasional.
Kritik Keras pada Imigrasi dan Energi Hijau
Trump juga mengkritik kebijakan imigrasi terbuka yang diterapkan sebagian negara Eropa. Menurutnya, kebijakan itu hanya memperburuk keamanan dan stabilitas.
Selain itu, ia menyinggung transisi energi hijau yang dianggapnya berbahaya.
“Energi terbarukan bisa membawa kehancuran bagi Eropa. Itu adalah kebijakan yang gila,” ujarnya.
Pidato ini kembali menegaskan visi “America First” yang ia bawa sejak masa kepresidenan, yakni mendahulukan kepentingan nasional AS dibandingkan kerja sama multilateral.
Soal Palestina, Israel, dan Hamas
Trump juga menyoroti konflik Palestina–Israel. Ia menyindir negara-negara yang memberi pengakuan resmi terhadap Palestina.
“Itu bukanlah pengakuan, melainkan hadiah bagi Hamas setelah mereka melakukan serangan,” katanya.
Trump menegaskan bahwa Hamas harus segera membebaskan para sandera yang masih ditahan.
Dalam pidato tersebut, Trump tidak lupa menyindir Iran yang disebut menolak kerja sama terkait program nuklir. Ia juga mengkritik negara-negara yang masih membeli minyak Rusia, karena dianggap mendukung perekonomian Moskow di tengah perang Ukraina.
“Setiap dolar yang kalian bayarkan untuk minyak Rusia adalah peluru untuk mendanai agresi mereka,” ucapnya.
Diplomasi atau Retorika Politik?
Pidato Trump kali ini bukan hanya mencerminkan gaya diplomasi yang keras, tetapi juga sarat dengan retorika politik. Bagi Trump, forum internasional seperti PBB kembali dijadikan panggung untuk mempertegas kebijakan populisnya.
Meski mendapat sorotan tajam, gaya Trump sebenarnya bukan hal baru. Sejak pertama kali menjabat sebagai Presiden AS pada 2016, ia memang kerap tampil dengan retorika konfrontatif dan tidak segan menyerang negara lain secara terbuka.
Penulis: Permadani T. || Editor: Permadani T.