Indeks
Budaya  

Didirikan Dr. Soetomo, Majalah Tertua di Indonesia ‘Panjebar Semangat’ Berulang Tahun ke-91

Tuturpedia.com – Terbit perdana pada 2 September 1933 di Kota Pahlawan atau Surabaya, tahun ini majalah Panjebar Semangat (PS) telah menginjak usia ke-91. Usia ini memperkuat gelarnya sebagai majalah tertua di Indonesia, rekor yang disematkan oleh Museum Rekor Indonesia (MURI) sejak ulang tahun PS ke-80 di tahun 2013. 

Dengan menggunakan bahasa Jawa, Panjebar Semangat juga merupakan majalah berbahasa Jawa dan berbahasa daerah tertua di negeri ini. 

Pemilihan bahasa Jawa sendiri tidak terlepas dari kondisi masyarakat pada masa pendirian PS yang terjadi saat Belanda masih berkuasa. Dalam artikel editorial pada edisi perdana 2 September 1933, disebutkan pada masa tersebut masih banyak masyarakat Jawa yang belum fasih berbahasa Indonesia. 

Bahasa Jawa yang digunakan pun merupakan bahasa ‘ngoko’ atau bahasa Jawa dengan tingkatan yang paling rendah. Tujuannya agar majalah dapat dikonsumsi oleh masyarakat luas dari berbagai kalangan.

Pendiri organisasi pergerakan nasional pertama di nusantara ‘Boedi Oetomo’, Dr. Soetomo, merupakan sosok penggagas Panjebar Semangat. Sang pahlawan nasional yang berprofesi sebagai dokter memiliki cita-cita luhur untuk menyebarkan semangat kebangsaan melalui pers. 

Dalam perjalanannya, majalah PS diuji oleh sejarah. Ia sempat berhenti terbit selama pendudukan Jepang hingga masa mempertahankan kemerdekaan yang penuh dengan perang dan baru aktif kembali pada tahun 1949 hingga kini. 

Diartikan dalam bahasa Indonesia sebagai Penyebar Semangat, majalah yang pertama terbit dalam bentuk lembaran empat halaman ini mengalami perkembangan hingga berbentuk majalah seperti saat ini. Desain sampulnya yang khas dengan bingkai berwarna merah, serupa dengan sampul majalah TIMES, ditujukan sebagai simbol dari semangat yang membara.

“Suro Diro Djajaningrat Lebur Dening Pangastuti,” dari Serat Witoradya karangan Ranggawarsita menjadi motto PS sejak terbit yang muncul dalam sampul. Filosofi Jawa ini mengajarkan jika hal buruk hanya dapat dilawan dengan kebijaksanaan, kesabaran, dan kelembutan hati. 

Sejak pertama terbit, PS rutin menerbitkan edisi cetak setiap minggu. Posisinya saat ini semakin penting sebagai pelestari dari bahasa Jawa yang banyak ditinggalkan oleh masyarakat Jawa sendiri hingga muncul istilah ‘wong Jowo ilang Jowone‘ atau ‘orang Jawa kehilangan Jawanya’. 

Ini dikarenakan bahasa Jawa banyak dianggap tidak lagi relevan dalam masa modern untuk sehingga menurunkan angka orang menggunakan atau mempelajarinya terutama dari generasi muda. Hal ini tentunya menjadi tantangan bagi PS dalam menciptakan regenerasi pembaca yang fasih berbahasa Jawa. 

Sebagaimana media di seluruh negeri, PS juga dihadapkan dengan tantangan terhadap penurunan pembaca media cetak. Sehingga majalah yang berpusat di Surabaya ini beradaptasi dengan menerbitkan edisi dalam bentuk digital selain dalam bentuk cetak.***

Penulis: Fadillah Wiyoto

Editor: Annisaa Rahmah

Exit mobile version