banner 728x250

Dendang Semburat Sore, Magisnya Pancarona, dan Dendam Waktu yang Kelabu (Sebuah Review untuk Sore: Istri dari Masa Depan)

TUTURPEDIA - Dendang Semburat Sore, Magisnya Pancarona, dan Dendam Waktu yang Kelabu (Sebuah Review untuk Sore: Istri dari Masa Depan)
banner 120x600
banner 468x60

tuturpedia.com – Cerita Films bekerjasama dengan Slingshot Pictures, Imajinari, Miles Film, Studio Artemis, Jagartha, Trinity Entertainment dan Dwidaya Amadeo Gemintang merilis film bertajuk Sore: Istri dari Masa Depan pada 10 Juli 2025 lalu.

TUTURPEDIA - Dendang Semburat Sore, Magisnya Pancarona, dan Dendam Waktu yang Kelabu (Sebuah Review untuk Sore: Istri dari Masa Depan)

Film terbaru garapan sutradara Yandy Laurens ini merupakan remake dari web series berjudul sama yang diproduksi Inhype Pictures sebagai salah satu media promosi untuk produk Tropicana Slim.

Yang menjadi pembeda, jika di web series karakter Sore diperankan oleh Tika Bravani, di versi film panjangnya ini, karakter Sore diperankan oleh Sheila Dara Aisha yang berduet dengan Dion Wiyoko yang masih setia memerankan tokoh Jonathan. Ada pula beberapa aktor dan aktris dari Indonesia dan Kroasia yang turut menjadi ansamble cast di film ini seperti; Mathias Muchus, Maya Hasan, Goran Bogdan, Livio Badurina, Lara Nekix, dan Borko Nekic.

TUTURPEDIA - Dendang Semburat Sore, Magisnya Pancarona, dan Dendam Waktu yang Kelabu (Sebuah Review untuk Sore: Istri dari Masa Depan)

Dengan durasi 119 menit, film ini menyuguhkan pengalaman sinematik yang luar biasa karena digarap di tiga negara, yakni; Indonesia, Kroasia, dan Finlandia. Maka tak heran, dengan berbagai daya jual yang dimiliki olehnya, film Sore per hari ini (Selasa, 29 Juli 2025), mampu meraup lebih dari 2 juta penonton.

Catatan yang juga bersejarah bagi Yandy Laurens karena berhasil melampaui torehan jumlah penonton dari film-film yang sebelumnya ia gawangi, yakni; Keluarga Cemara (2019) dengan 1,7 juta penonton, 1 Kakak 7 Ponakan (2025) dengan 1,2 juta penonton), dan Jatuh Cinta Seperti di Film-film (2023) dengan 648 ribu penonton.

Sinopsis

Sore: Istri dari Masa Depan berkisah tentang Jonathan, seorang fotografer asal Indonesia yang menetap di Kroasia.

Awalnya kehidupannya tampak tenang dan menyenangkan. Hingga suatu hari, ia dikejutkan dengan munculnya sosok perempuan misterius bernama Sore yang muncul secara tiba-tiba dan mengaku sebagai istrinya dari masa depan.

TUTURPEDIA - Dendang Semburat Sore, Magisnya Pancarona, dan Dendam Waktu yang Kelabu (Sebuah Review untuk Sore: Istri dari Masa Depan)

Mulanya, Jonathan skeptis dan cenderung bingung pada klaim yang diungkapkan Sore, namun perhatian, kasih, serta bukti-bukti yang ditunjukkan oleh Sore perlahan mengubah pandangannya.

Sore berkisah, ia kembali ke masa lalu karena tengah berusaha membantu Jonathan menghilangkan kebiasaan buruknya dan membimbingnya untuk hidup lebih sehat.

Kehadiran Sore pada hidup Jonathan perlahan membawanya pada perjalanan emosional yang mendalam, dan memaksanya menghadapi kenyataan dan keputusan-keputusan yang akan memantik dampak besar bagi kehidupannya di masa yang akan datang.

Review, Teori, dan Pembahasan (Spoiler)

Sebagai film remake, Sore: Istri dari Masa Depan dibebani ekspektasi yang cukup tinggi, mengingat web seriesnya terasa sangat revolusioner pada zamannya. Tak hanya itu, tantangan menjadi semakin berat kala beberapa forum di internet juga berkonspirasi bahwa film ini tengah menyerukan agenda-agenda terselubung macam; Marriage propaganda (ajakan untuk menikah) hingga dugaan adanya upaya promosi dalam melanggengkan fantasi laki-laki yang ingin punya istri penurut. Agak terlalu jauh memang, dan cenderung mengada-ngada, tapi yang namanya pendapat tetap jadi pendapat.

Beruntungnya, Sore: Istri dari Masa Depan mampu melawan berbagai label dan beban ekspektasi itu dengan menembakkan banyak peluru balasan berupa kualitas yang ditarik pelatuknya dengan pas dan jitu menembus target.

Salah satu contoh sederhana yang terasa jenius adalah penggunaan akronim dalam upaya promosi film dengan cara amat tepat. Untuk diketahui, sebagaimana kebiasaan Yandy Laurens yang kerap menyingkat judul filmnya seperti Jatuh Cinta Seperti di Film-film menjadi JESEDEF dan 1 Kakak, 7 Ponakan menjadi SAKATUPO, maka Sore: Istri dari Masa Depan juga disingkat menjadi SORE: IDAMAN. Jenius bukan?

TUTURPEDIA - Dendang Semburat Sore, Magisnya Pancarona, dan Dendam Waktu yang Kelabu (Sebuah Review untuk Sore: Istri dari Masa Depan)

Hal lain yang menarik perhatian tentunya adalah arahan sinematografi film Sore yang secara apik menggambarkan keindahan kota Groznjan dan Zagreb di Kroasia serta magisnya suasana kutub di Kemi, Finlandia. Saking ‘dewa’nya sinematografi film Sore, beberapa netizen dan reviewer bahkan berkelakar apabila film ini di pause pada bagian manapun, semuanya layak dijadikan sebagai Wallpaper.

Penulisan khas Yandy yang orisinil juga masih kokoh ditampilkan di film Sore untuk merajut betapa rumitnya perjalanan dan perjuangan Sore dalam upaya ‘menyelamatkan’ Jonathan yang begitu bebal menjadi kisah yang rapih dan mudah diikuti bahkan oleh penonton casual. Hal ini seolah menjadi bukti yang dapat membantah atau setidaknya menjawab pernyataan Menteri Kebudayaan, Fadli Zon beberapa waktu lalu yang mengkritik kualitas penulisan skenario film Indonesia.

TUTURPEDIA - Dendang Semburat Sore, Magisnya Pancarona, dan Dendam Waktu yang Kelabu (Sebuah Review untuk Sore: Istri dari Masa Depan)

Terkait dengan akting karakternya, chemistry yang ditampilkan Dion Wiyoko dan Sheila Dara Aisha terasa sangat manis, persis seperti kata Yandy yang menyebut bahwa jika penonton ingin melihat film ini dari angle berbeda dan ingin merasakan perasaan ‘sakitnya’ maka perhatikanlah mata Dion dan Sheila Dara. Walaupun di beberapa titik masih terasa agak canggung, namun penampilan Sheila Dara Aisha yang memerankan karakter Sore terlalu terasa sempurna sehingga beberapa hal yang timbul dan mengganggu keserasiannya dengan Dion dapat termaafkan. Maka, tanpa bermaksud mengurangi rasa hormat pada Tika Bravani yang juga memberikan penampilan terbaiknya di Sore versi web series, menurut penilaian subjektif penulis, Sheila Dara Aisha is such a gift!

Selain Dion dan Sheila, penampilan singkat Mathias Muchus dan Maya Hasan juga tak kalah mencuri perhatian. Apresiasi tinggi juga layak diberikan pada deretan aktor dan aktris asal Kroasia yang turut dilibatkan Yandy di proyek ini seperti Goran Bogdan yang berperan sebagai Karlo, Borko Nekic sebagai David, serta Lara Nekic sebagai Elsa.

Sebelum masuk ke pembahasan soal teori dan beberapa hal menarik seperti easter egg, tak elok dan cenderung lancang rasanya apabila tak memberi perhatian lebih dan pujian tinggi pada skoring dan pemilihan soundtrack film Sore yang sangat monumental. Sejujurnya, di paruh pertama film, pemilihan dua lagu karya Adhitia Sofyan sebagai soundtrack masih terasa ringan dan kurang memberikan ‘pukulan’. Namun, ketika lagu Pancarona dari Barasuara muncul mengiringi perjalanan time-loop karakter Sore, film ini menjadi terasa sangat luar biasa. Tak cukup sampai di situ, seolah belum puas dengan ‘pukulan telak’ yang diberikan Pancarona, Yandy secara cerdas menggunakan lagu Barasuara lain yang bertajuk Terbuang dalam Waktu sebagai penutup yang amat ajaib. Sungguh! Amat Ajaib!

Bagi penikmat film bergenre Magical Realizm, sejujurnya Sore: Istri dari Masa Depan mungkin masih belum dapat memberikan formula revolusioner yang dapat melawan film-film bergenre serupa seperti; Eternal Sunshine of the Spotless Mind karya Michel Gondry, Everything Everywhere All at Once garapan Daniel Scheinert dan Daniel Kwan, atau Your Name karya Makoto Shinkai.

Beberapa diskusi di internet juga terjadi untuk menanggapi logika seputar teori time travel yang ada di film Sore. Bahkan, salah satu akun di media sosial X @SiPalingMarvel sampai membuat grafis yang cukup menjelaskan konsep timeline dalam film Sore.

TUTURPEDIA - Dendang Semburat Sore, Magisnya Pancarona, dan Dendam Waktu yang Kelabu (Sebuah Review untuk Sore: Istri dari Masa Depan)
Pict: @SiPalingMarvel

Jika ditilik lebih dalam, memang ada beberapa hal menarik yang mungkin diselipkan Yandy sebagai tribute pada beberapa hal, seperti; Kemunculan angka 8.25 pada Jam, profesi Desainer dan Fotografer, serta kemunculan waktu sebagai musuh.

Jika ingin berteori dengan fomula ala semesta Joko Anwar, maka angka 8.25 dapat dikaitkan dengan Ayat Alkitab dalam Roma 8:25 yang berbunyi; “Tetapi jika kita mengharapkan apa yang tidak kita lihat, kita menantikannya dengan tekun.” Ayat ini berbicara tentang harapan dan kesabaran dalam menantikan sesuatu yang belum terlihat. Hal yang juga menjadi titik fokus cerita dalam perjalanan karakter Sore.

Namun, setelah penulis coba telisik lebih dalam, ada satu hal yang lebih masuk akal untuk menjelaskan munculnya angka tersebut. Besar kemungkinan, 8.25 merujuk sebagai tribute untuk 25 Agustus, tanggal anniversary Yandy Laurens dengan istrinya yang sama seperti Sore, juga berprofesi sebagai desainer.

Informasi tambahan yang penulis temukan adalah fakta bahwa foto-foto yang ditampilkan Jonathan dalam gelaran pamerannya merupakan hasil jepretan langsung dari Dion Wiyoko selama shooting di Finlandia dan Kroasia.

Terkait dengan posisi waktu sebagai musuh, tentu mengingatkan pada kisah Alice dalam cerita Through the Looking Glass karya Lewis Carroll yang juga memposisikan waktu (Mr. Time) sebagai musuh yang harus dihadapi Alice Kingsleigh dan Mad Hatter.

Terlepas dari semua debat dan diskusi di internet, yang patut menjadi catatan semua pihak adalah cap ‘tidak revolusioner’ yang diberikan untuk Sore bukan berarti membuat film ini tak memberikan suguhan baru yang layak tonton. Justru Sore berhasil menjelma menjadi film yang memberikan tawaran tontonan bergenre roman yang penuh kualitas. Hal yang juga memberikan bantahan pada pihak-pihak yang masih ngotot dan getol memberikan cap bahwa film ini bergenre Sci-fi murni dan layak disandingkan atau dibandingkan dengan film-film bertema time travel dalam semesta Marvel atau series Dark dari Netflix.

Akan sangat sulit memahami atau melihat film ini lewat kacamata ‘penonton logis’ yang seringkali terlalu memaksakan kehendak dan justru malah secara serampangan melakukan penghinaan pada hakikat film sebagai wahana hiburan dan ‘liburan bagi perasaan’.

Sebagai penutup, poin penting yang patut diperhitungkan adalah keberhasilan film Sore: Istri dari Masa Depan dalam menyampaikan pesan tentang hakikat cinta lewat kisah Jonathan dan Sore, yang walaupun berkali-kali dipisahkan oleh berbagai kemungkinan, tetap disatukan oleh takdir yang bernama cinta. Makna indah dan monumental bagi perasaan yang tentu jauh melampaui logika dan penilaian serampangan.***