Tuturpedia.com – Debat capres 2024 perdana diawali dengan pembacaan tata tertib lalu pemaparan visi, misi, dan program kerja yang diselenggarakan di Gedung KPU, Jakarta Pusat pada (12/12/2023).
Sesuai dengan urutan pasangan calon (paslon), paparan visi, misi, dan program kerja dalam debat capres 2024 dibuka dengan Anies Baswedan, Prabowo Subianto, kemudian Ganjar Pranowo.
Dalam debat capres 2024, masing-masing calon presiden diberikan waktu selama empat menit.
Visi, Misi, dan Program Kerja Ganjar-Mahfud di Debat Capres 2024
Sejak awal kampanye dibuka, Ganjar Pranowo bersama Mahfud MD selaku cawapresnya, pergi ke wilayah Timur dan Barat Indonesia.
Di sana, Ganjar menelusuri visi dan misi secara langsung berdasarkan keluh kesah rakyat. Hal ini sehubungan dengan pencalonan dirinya dalam Pilpres 2024.
“Saya dan Pak Mahfud mulai perjalanan pada saat pembukaan kampanye dari ujung Timur Indonesia dan Barat, dari Sabang sampai Merauke hanya ingin mendengarkan dan ingin melihat secara langsung, apa yang disampaikan oleh rakyat, apa yang dirasakan oleh rakyat sehingga ketika kontestasi lima tahunan ini berlangsung harapan itu ada dan masuk dalam pikiran seorang pemimpin, satunya pikiran, perkataan, dan perbuatan,” ucap Ganjar di Gedung KPU, Jakarta.
Ganjar pun bercerita, ia bertemu dengan Pendeta Leo. Rupanya, Pak Leo ini ingin menolong seorang ibu yang hendak melahirkan, tetapi tidak ada fasilitas kesehatan. Sehingga membuatnya harus melihat tata cara di YouTube.
“Ini sesuatu yang sungguh penting, di Merauke kami menemukan pendeta, namanya Pak Leo, dia harus menolong seorang ibu ingin melahirkan, karena tidak adanya fasilitas kesehatan, dan dia belajar dari YouTube, sesuatu hak kesehatan yang tidak bisa didapat,” cerita Ganjar.
Lebih lanjut, Ganjar mengatakan pada Pendeta Leo, bahwa ia akan membangun puskesmas atau posko di setiap desa.
“Maka kita sampaikan kepada Pendeta Leo, kami akan bangunkan itu dan kami akan kerahkan seluruh Indonesia bahwa satu desa satu puskesmas atau satu posko dengan satu nakes yang ada,” terang Ganjar.
Sat Set ala Ganjar-Mahfud di Debat Capres 2024
Di sisi lain, Ganjar menyampaikan perihal Mahfud MD yang menemui guru-guru di Aceh, salah satunya guru agama.
Kemudian ia menyambungkan bahwa keinginannya bersama Mahfud ialah membangun Indonesia dengan sumber daya manusia (SDM) yang unggul.
Meski begitu, ada tantangan di sana. Ganjar justru bertanya, apakah selama ini para guru tersebut sudah diperhatikan?
“Tentu kemajuan yang selama ini ada mesti kita lakukan jauh lebih cepat, lebih sat set dan perhatian itu mesti diberikan dan itulah di sana kita memerhatikan nasib para guru termasuk guru agama, insentif kepada mereka kita berikan, agar mereka bisa mengajarkan budi pekerti yang luhur dengan moderasi agama yang ada,” tutur Ganjar.
Internet Gratis untuk Siswa
Sementara itu, Ganjar lanjut menuturkan perjalanannya bergeser ke Nusa Tenggara Timur (NTT), ia bertemu dengan masyarakat yang bertanya mengenai sulitnya akses pekerjaan.
“Saya berjalan ke NTT, kami ketemu dengan masyarakat yang ada di sana, (Pak Ganjar) kenapa kami anak muda, tidak mudah mendapatkan akses pekerjaan, padahal itu hak kami? Kenapa kemudian kami mendapatkan kesulitan untuk akses internet padahal kami butuh belajar, tidak sama dengan yang di Jawa?” ungkap Ganjar menceritakan pertanyaan warga NTT.
Hal itu menjadi dorongan untuk Ganjar dan Mahfud dalam menyediakan internet gratis pada para siswa yang sedang duduk di bangku sekolah.
“Catatan inilah yang mendorong pikiran kami, internet gratis untuk para siswa yang sedang bersekolah. Akhirnya mereka punya kesamaan dengan kita semua yang ada di Jawa ini,” kata Ganjar.
Ganjar Beberkan Kesetaraan di Debat Capres 2024
Menyambangi Nusa Tenggara Barat (NTB), Ganjar berhadapan dengan teman-teman penyandang disabilitas. Dia mengaku senang karena mereka berupaya untuk berjuang keras supaya bisa setara dengan yang lainnya.
“Betapa bahagianya saya karena ketemu dengan orang yang berjuang dengan keras agar dia bisa setara dan pemerintah mesti perhatikan mereka untuk memberikan kesetaraan pada mereka itu, tapi Bapak Ibu, saya mendengar ketika demokratisasi mesti berjalan dan demokrasi mesti kita jaga bersama, ada Ibu Shinta yang ketika menyampaikan pendapat urusan dengan aparat keamanan, ada Melki ketua BEM yang kemudian ibunya harus diperiksa,” bebernya.
“Maka yang seperti ini harus usai dan mereka bisa mendapatkan kebaikan-kebaikan kalau governance (pemerintahan) terjadi, maka yang ada di Kalimantan kami temukan, masyarakat Dayak, mereka suku-suku yang ada, (libatkan) dong kami agar kami bisa mendapatkan akses yang sama. Semua ini bisa berjalan kalau kemudian pemerintahannya bersih, pemerintahannya bisa akomodatif, dan kita sikat korupsi itu tidak dengan kata-kata, dengan keseriusan! Pak Mahfud adalah mitra saya, yang selama ini sebagai Menko mengeksekusi itu dengan baik,” tegas Ganjar.***
Penulis: Annisaa Rahmah
Editor: Nurul Huda















