Tuturpedia.com – Serangan Zionis Israel ke wilayah Gaza, Palestina sejak Oktober telah menewaskan puluhan jurnalis yang bertugas di wilayah konflik tersebut. CPJ pun merilis data terbaru terkait jurnalis pada (5/12/2023).
Komite untuk Perlindungan Jurnalis atau Committee to Protect Journalist (CPJ) tersebut merilis data terkait jurnalis yang meninggal dunia akibat serangan Israel di Gaza.
Dilansir Tuturpedia.com dari laman CPJ, setidaknya ada 63 jurnalis dan pekerja media yang meninggal dunia akibat perang antara Israel dengan Hamas, yang dimulai sejak 7 Oktober 2023.
Israel menyatakan perang pasca Hamas melancarkan operasi militer ke Jalur Gaza yang diblokade (diakui Israel).
“CPJ terus menyelidiki semua laporan mengenai jurnalis dan pekerja media yang terbunuh, terluka, atau hilang dalam perang ini, yang merupakan bulan paling mematikan bagi jurnalis di seluruh dunia,” tulis CPJ dalam keterangannya.
Penelusuran CPJ
Pada tanggal 5 Desember kemarin, data CPJ menunjukkan setidaknya 63 jurnalis dan pekerja media meninggal dunia (termasuk dari 16.000 orang yang terbunuh) sejak perang dimulai pada tanggal 7 Oktober.
Dari jumlah korban yang meregang nyawa, lebih dari 15.500 orang adalah warga Palestina, sementara 1.200 orang adalah warga Israel.
Dari 63 jurnalis yang meninggal, diketahui sebanyak 56 jurnalis merupakan warga Palestina, 4 warga Israel, dan 3 warga Lebanon.
Sementara itu, 11 jurnalis dilaporkan terluka, 3 jurnalis dilaporkan hilang, dan 19 jurnalis dilaporkan ditangkap oleh tentara Israel (IDF). Berbagai penyerangan, ancaman, serangan siber, sensor, dan pembunuhan anggota keluarga juga menjadi ancaman para jurnalis di Gaza.
Pada 7 Oktober 2023, perang antara Israel-Hamas dianggap paling mematikan bagi jurnalis karena telah membunuh enam jurnalis dan pekerja media yang bertugas. Selanjutnya, hari paling mematikan kedua terjadi pada 18 November lalu, yang menewaskan lima jurnalis di Gaza.
Seperti warga Gaza, para jurnalis sangat rentan menjadi korban serangan udara Israel. Bahkan, di Gaza Selatan, tempat yang dianggap aman untuk berlindung, kini juga menjadi sasaran rudal Israel.
Jurnalis dan awak media juga terdampak atas kurangnya pasokan bahan baku pangan, gangguan komunikasi, hingga pemadaman listrik yang luas di wilayah Gaza.
IDF mengatakan kepada Reuters dan kantor berita Agence France Press (AFP) bahwa mereka tidak dapat menjamin keselamatan jurnalis yang meliput di Jalur Gaza.
Seruan CPJ untuk Lindungi Jurnalis
Demi menekan jumlah korban jiwa dan melindungi keselamatan para jurnalis di Gaza, CPJ menyerukan bahwa “jurnalis adalah warga sipil yang melakukan pekerjaan penting selama masa krisis dan tidak boleh menjadi sasaran pihak-pihak yang bertikai,” kata Sherif Mansour, koordinator program CPJ di Timur Tengah dan Afrika Utara.
“Jurnalis di Gaza melakukan pengorbanan besar untuk meliput konflik yang memilukan ini. Masyarakat di Gaza, khususnya, telah menanggung dan terus menanggung kerugian yang belum pernah terjadi sebelumnya ketika menghadapi ancaman yang sangat besar. Banyak di antara mereka yang kehilangan rekan kerja, keluarga, dan fasilitas mereka, hingga mereka berupaya menyelamatkan diri ketika tidak ada tempat berlindung atau jalan keluar yang aman,” sambung dia.***
Penulis: Angghi Novita
Editor: Annisaa Rahmah
Respon (1)