Blora, Tuturpedia.com – Kepulangan Irjen Pol Mardiyono, ke kampung halaman di Kabupaten Blora, Jawa Tengah, membawa kisah inspiratif yang menyentuh hati. Kapolda Bengkulu ini adalah bukti nyata bahwa keterbatasan ekonomi bukanlah penghalang untuk mencapai puncak kesuksesan. Sabtu, (22/11/2025).
Lahir dari keluarga sangat sederhana, ia kini menjabat sebagai pemimpin Kepolisian Daerah dan dikenal sebagai sosok yang berkomitmen kuat pada bakti sosial.
Dalam sesi Podcast Inspirasi di ruang kerjanya pada Rabu (12/11), Irjen Pol Mardiyono, yang juga rekan seangkatan Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo, membagikan perjalanan hidupnya yang penuh perjuangan sejak masa kecil.
Dari Jual Bubur hingga Ditolong Wali Kelas
Kehidupan keras sudah ia jalani sejak usia empat tahun setelah kehilangan sang ibunda. Bersama empat adiknya, Mardiyono kecil tinggal bersama neneknya di rumah berukuran hanya 3×5 meter. Sang nenek, yang berprofesi sebagai tukang cuci harian, hanya berupah Rp500.
“Dari uang itu, Rp150 untuk membeli deterjen, Rp150 untuk beras. Sisanya untuk kebutuhan harian. Kadang saat pulang sekolah tidak ada makanan, ya sekalian saja saya puasa Senin – Kamis,” kenangnya haru.
Bahkan, sejak usia tujuh tahun, ia sudah berjuang membantu ekonomi keluarga. Ia pernah menjajakan bubur buatan neneknya, membersihkan rumah tetangga, menjual air bersih, bahkan menjadi petugas kebersihan pasar dengan upah Rp700 per bulan.
Meski harus bekerja keras, semangat pendidikannya tak pernah padam. Irjen Pol Mardiyono mengaku tidak pernah bolos atau tinggal kelas. Namun, ia sering mendapat teguran karena menunggak uang sekolah.
“Wali kelas saya, Bu Heni, bahkan pernah datang ke rumah dan akhirnya membantu membayarkan biaya sekolah supaya saya bisa ikut ujian,” tuturnya.
Tekad Kuat Masuk Polri Tanpa Biaya
Cita-cita menjadi anggota Polri muncul saat SMA setelah mendapat motivasi dari seniornya, Agus Andrianto, yang kini menjabat Menteri Imigrasi dan Pemasyarakatan.
“Saya benar-benar menyiapkan diri, dari kesehatan, akademik, hingga fisik. Semua dijalani dengan tekad,” ujarnya.
Irjen Pol Mardiyono menegaskan bahwa pengalaman pribadinya adalah bukti bahwa masuk menjadi anggota Polri tidak membutuhkan biaya apa pun—hanya kerja keras, ketekunan, dan integritas.
Kapolda Peduli: Gerakan SRIDURI dan Sadesahe
Kini, sebagai Kapolda Bengkulu, Irjen Pol Mardiyono melanjutkan semangat perjuangannya dengan membantu masyarakat melalui berbagai program sosial.
Program unggulannya adalah SRIDURI (Setiap Hari Dua Ribu), sebuah gerakan di mana setiap anggota Polri menyumbangkan Rp2.000 per hari. Dana ini digunakan untuk bedah rumah, pelayanan kesehatan gratis, dan bakti sosial.
Hingga kini, program SRIDURI telah berhasil membangun 63 unit rumah layak huni di Bengkulu, dengan nilai bantuan Rp50 juta per unit, lengkap dengan perabotan.
Selain itu, Kapolda Bengkulu juga menggagas Program Sadesahe (Satu Desa Satu Hektare Jagung) untuk mendukung ketahanan pangan nasional dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat, sejalan dengan program Kapolri.
Mengakhiri kisahnya, Irjen Pol Mardiyono berpesan kepada seluruh anggota Polri agar selalu menjaga integritas dan tetap dekat dengan masyarakat.
“Rawat tempat kamu bekerja, jaga nama baiknya. Mungkin itu tidak membuatmu kaya, tapi di situlah sumber kehidupanmu,” pungkasnya.
