Blora, Tuturpedia.com — Di tengah hiruk pikuk Kabupaten Blora, Jawa Tengah, nama Lilik Yuliantoro berkumandang bukan karena jabatan, melainkan karena getaran langkah kakinya yang penuh makna. Ia adalah perwujudan langka dari aktivis yang berani mengubah keringat menjadi aksi nyata, menuntut keadilan, dan kini menyuarakan kebenaran melalui pena jurnalisme.
Perjalanan hidupnya adalah mosaik keteguhan, keberanian, dan pengabdian tanpa batas. Bahkan, sempat terpapar gas air mata saat peliputan demo di kabupaten Pati pada Agustus 20205 lalu. Rabu, (01/10/2025).
Trah Bangsawan dalam Jiwa Rakyat
Menariknya, sosok yang begitu lekat dengan perjuangan rakyat jelata ini ternyata memiliki latar belakang keturunan bangsawan-bangsawan Blora. Kakek buyutnya terakhir adalah seorang ketua pengadilan agama pertama Blora dan Naib.
Namun, status mentereng ini tak pernah melekat pada kesehariannya. Sejak kecil, Lilik dibesarkan dalam lingkungan yang sederhana, jauh dari kemewahan, sebuah kondisi yang menanamkan empati mendalam terhadap masyarakat tak mampu. Masa mudanya juga dihiasi prestasi gemilang, baik di sekolah formal maupun pondok pesantren, menonjol dalam pendidikan kelas maupun kegiatan ekstrakurikuler.
Mematrikan Gerakan Sejak Dini
Jiwa pergerakan Lilik telah terasah sejak dini. Ia mulai mengenal dunia aksi dan demonstrasi bahkan saat masih kanak-kanak. Minat ini kian membesar ketika ia merantau ke Yogyakarta, tempat ia melebarkan sayap, aktif mengikuti berbagai aksi demo, menyuarakan isu-isu yang dianggapnya pantas untuk diperjuangkan.
Aksi Jalan Kaki: Monolog Perjuangan di Jalur Sunyi
Aksi jalan kaki, dan bahkan jalan mundur, menjadi ciri khas yang melekat erat pada perjuangan Lilik Yuliantoro. Ini bukanlah sekadar perjalanan fisik, melainkan monolog perjuangan yang menarik perhatian publik dan pejabat.
Perjalanan ikoniknya dimulai dari Blora menuju Semarang ke PSSI Jateng, menuntut keadilan atas kontroversi pertandingan sepak bola antara Persikaba Blora dan Persab Brebes. Tak lama berselang, ia kembali melangkah dari Blora ke Semarang menemui Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, demi meminta pembangunan stadion yang layak bagi Blora.
Puncaknya, ia melakukan aksi jalan kaki dramatis dari Blora menuju Jakarta untuk menyampaikan “1000 Aspirasi” kepada Presiden Joko Widodo dan KPK, menuntut pengusutan kasus korupsi di Blora.
Aksi-aksinya terus berlanjut dengan berbagai tujuan:
1.Aksi Jogja-Jakarta yang menyita perhatian publik sebagai bentuk satir terhadap tokoh politik Amien Rais.
2. Aksi Jogja-Polda Jateng menuntut penutupan praktik perjudian togel di wilayah Jawa Tengah dan Yogyakarta.
3.Aksi Rembang-Semarang menemui Gubernur Ganjar Pranowo terkait pembuangan 27.000 ton limbah di Sluke, kabupaten Rembang.
4. Serangkaian Aksi Jalan Mundur—sebuah simbol reversal atau kemunduran—terkait isu pengisian perangkat desa, seruan Pemilu Damai, tuntutan penambahan anggaran Persikaba, kritik terhadap kelangkaan minyak ke kantor BPE Blora, hingga aksi mundur ke DPRD Blora terkait seruan “Blora Cinta Damai” merespons kegaduhan oleh oknum-oknum ormas.
Tak terhitung pula intimidasi yang kerap ia terima. Aksi-aksinya dinilai berbahaya, namun semangat dan kenekatannya tak pernah surut. Ia bergerak tanpa tendensi pribadi, murni demi kebenaran dan kepentingan masyarakat.
Dua Sisi Lilik Yuliantoro: Baksos dan Seni
Di balik citra keras seorang aktivis, Lilik Yuliantoro adalah sosok yang memiliki empati tinggi. Ia sangat aktif dalam kegiatan baksos (bakti sosial), membantu warga tak mampu dengan bantuan sosial, mengkritisi infrastruktur, penerangan jalan umum, dan berbagai kebijakan yang dianggap merugikan rakyat.
Sisi lain yang jarang diketahui publik adalah keahliannya di dunia seni.
Lilik Yuliantoro adalah pelukis abstrak dan pemahat patung berbahan dasar akar jati yang ulung. Karya-karyanya memiliki daya tarik global, bahkan sudah diminati oleh kolektor luar negeri dan banyak pejabat. Dan, hingga kini, ia masih meluangkan waktu untuk menumpahkan keresahan dan idealismenya melalui kanvas dan pahatan. Selain itu, dirinya juga hobi membaca buku-buku tokoh politik dunia dan pergerakan.
Menyurati Pabrik-pabrik di Jawa Tengah dan Jawa Timur
Akhir-akhir lalu Lilik Yuliantoro juga mendatangi wakil Gubernur Jawa Tengah Taj Yasin, menyampaikan surat dari masyarakat agar investor masuk di kabupaten Blora untuk mendirikan pabrik. Bahkan, juga berkirim surat ke pabrik-pabrik Jawa Tengah maupun timur.
Transformasi Menjadi Jurnalis Berpengaruh
Seiring berjalannya waktu, Lilik Yuliantoro mengambil langkah transformatif dari seorang aktivis lapangan menjadi seorang jurnalis profesional. Keputusannya ini seolah menyalurkan semangat pergerakannya ke dalam medium yang lebih terstruktur.
Ia juga telah mengikuti dan lulus Uji Kompetensi Wartawan (UKW) yang diakui Dewan Pers. Tulisan-tulisannya kini dikenal tajam, lugas, dan selalu berdasarkan fakta serta data, menjadikannya salah satu jurnalis yang sangat berpengaruh, terutama dalam mengkritisi kebijakan dan mengungkap kebenaran di Blora dan sekitarnya.
Lilik Yuliantoro adalah bukti hidup bahwa perjuangan bisa dilakukan dengan berbagai cara—dengan langkah kaki, dengan baksos, dengan seni, dan yang terbaru, dengan pena. Ia adalah aktivis sejati yang tak pernah berhenti bergerak, mewariskan keteguhan hati kepada setiap generasi. Ia, juga kerap kali mendapatkan bullying serta diisukan miring setiap kali melakukan aksinya oleh golongan maupun pejabat yang merasa terganggu. Namun ia mengaggap itu semua seperti angin dan tak menghiraukan, karena mental dan kenekatannya sudah teruji dengan aksi aksi tunggalnya.
Penulis: Lilik Yuliantoro || Editor: Permadani T.