Jateng, Tuturpedia.com – Ketika gas elpiji menjadi langka di Kabupaten Blora, Jawa Tengah, dampaknya sangat terasa bagi para penjual makanan di daerah tersebut.
Padahal, gas elpiji merupakan sumber energi utama yang digunakan untuk memasak di banyak warung makan dan restoran.
Tentunya, kelangkaan gas elpiji tidak hanya mengganggu operasional harian para penjual makanan, tetapi juga berdampak pada keuntungan mereka.
Salah satu dampak utama dari kelangkaan ini adalah peningkatan harga bahan bakar alternatif.
Hal inilah yang disampaikan oleh Warti, salah satu penjual makanan di Blora ketika menghubungi Tuturpedia melalui sambungan aplikasi WhatsApp pada Sabtu (16/3/2024).
“Jadi, karena pasokan gas elpiji berkurang, para penjual makanan terpaksa mencari alternatif lain untuk memasak. Beberapa bahan bakar alternatif yang sering digunakan adalah kayu bakar dan arang,” ucapnya.
Namun, lanjutannya kembali, harga kayu bakar dan arang juga meningkat secara signifikan karena permintaan yang tinggi.
Hal itu menyebabkan biaya operasional para penjual makanan meningkat, yang pada akhirnya dapat mengurangi keuntungan mereka sebagai pedagang kecil.
Selain itu, kelangkaan gas elpiji juga mempengaruhi kualitas masakan yang disajikan oleh para penjual makanan.
Karena, gas elpiji memiliki suhu yang stabil dan dapat diatur dengan mudah, sehingga memasak menjadi lebih efisien dan hasil masakan lebih konsisten.
“Dengan penggunaan bahan bakar alternatif seperti kayu bakar atau arang, suhu yang dihasilkan tidak selalu stabil dan sulit untuk diatur. Hal ini dapat mempengaruhi kualitas masakan yang disajikan, yang pada akhirnya dapat mempengaruhi kepuasan pelanggan dan reputasi penjual makanan. Dan kelangkaan gas elpiji juga dapat mengganggu ketersediaan makanan bagi masyarakat,” ungkapnya.
“Dan dalam situasi kelangkaan, para penjual makanan mungkin terpaksa mengurangi jumlah hidangan yang mereka sajikan atau bahkan menutup sementara. Hal ini dapat menyebabkan ketidaknyamanan bagi masyarakat yang bergantung pada warung makan atau restoran untuk memenuhi kebutuhan makanan mereka,” ujarnya.
Bahkan, pihaknya juga menceritakan kembali bahwasanya, kelangkaan gas elpiji juga dapat mempengaruhi variasi menu yang ditawarkan oleh penjual makanan, karena beberapa hidangan mungkin tidak dapat dimasak tanpa gas elpiji.
“Dalam menghadapi kelangkaan gas elpiji, beberapa penjual makanan mungkin mencari solusi alternatif seperti menggunakan kompor listrik atau mengganti bahan bakar dengan energi terbarukan. Namun, solusi-solusi ini mungkin memerlukan investasi awal yang tinggi dan tidak selalu dapat diakses oleh semua penjual makanan,” jelasnya.
Oleh karena itu, dirinya juga mengatakan bahwa, penting bagi pemerintah dan pihak terkait untuk mencari solusi jangka panjang yang dapat mengatasi masalah kelangkaan gas elpiji dan memastikan ketersediaan energi yang stabil bagi para penjual makanan.
“Dalam kesimpulan, kelangkaan gas di Kabupaten Blora memiliki dampak yang signifikan bagi para penjual makanan. Dari peningkatan harga bahan bakar alternatif hingga pengaruh terhadap kualitas masakan dan ketersediaan makanan,” tuturnya.
“Dan kelangkaan gas elpiji menjadi tantangan yang harus dihadapi oleh para penjual makanan. Oleh karena itu, langkah-langkah perlu diambil untuk mengatasi masalah ini dan memastikan ketersediaan energi yang stabil bagi industri makanan di Kabupaten Blora,” tandasnya.***
Kontributor Jawa Tengah: Lilik Yuliantoro.
Editor: Annisaa Rahmah.









