Tuturpedia.com – China tengah dihadapkan dengan cuaca ekstrim yang mengkhawatirkan di tahun 2023 ini. Terdapat perubahan ekstrim antara cuaca panas dan curah hujan tinggi yang tak kunjung reda.
Beberapa hal terjadi diakibatkan perubahan cuaca. Dampak tersebut antara lain jaringan listrik yang terganggu, ketersediaan air bersih, banjir, dan juga ancaman kerusakan tanaman. Tentunya, imbas dari cuaca ekstrim ini dapat mengancam keberlangsungan hidup rakyat China.
Dikutip dari Reuters, Jumat (18/8/23), para pejabat China sudah mengabarkan, negaranya memang sangat rentan terkena dampak perubahan iklim. Sebab, China merupakan negara dengan populasi terbesar dan memiliki pasokan air yang tidak merata.
Selain itu, Negara China juga dipenuhi dengan emisi karbon.
Menurut Data Indonesia, Jumat (18/8/2023), China merupakan negara dengan penyumbang emisi karbon dari sektor pembangkit listrik terbesar di dunia sepanjang tahun 2022.
Seberapa ganas gelombang panas di China?
Gelombang panas di China sudah terjadi sejak bulan Januari-Juni tahun 2023. Suhu panas ini kabarnya akan terus naik pada bulan Juli-Agustus 2023.
Pada Juni lalu, suhu rata-rata China dianggap sebagai terpanas kedua setelah tahun 1961 silam. Suhu rata-rata pada bulan tersebut mencapai 21.2 derajat celcius dan lebih tinggi 0.7 derajat celcius dari sebelumnya.
Sementara itu, Beijing merupakan kota daerah dengan suhu panas tertinggi di bulan Juni. Suhu Beijing, pada saat itu, mencapai 35 derajat celcius.
Media pemerintahan China juga mengabarkan, terdapat 3 juta hektar lahan pertanian yang mengalami kekeringan imbas dari gelombang panas ekstrim.
Curah hujan tinggi di beberapa daerah
Selain gelombang panas, China juga dihadapkan dengan curah hujan tinggi di beberapa tempat. Dikutip dari Reuters, tahun ini bisa dibilang menjadi curah hujan terburuk sepanjang satu dekade yang melanda provinsi tengah China.
Hal ini mengakibatkan gagal panen di beberapa sektor pertanian, seperti salah satu ladang gandum yang berkecambah lebih awal dan tak layak konsumsi. Akibatnya, China harus mengimpor gandum sebanyak 10 juta ton dan ini merupakan jumlah impor tertinggi yang pernah ada.
Selain gandum, hujan juga mengancam gagal panen beberapa lahan yang ditanami padi. Hunan menjadi salah satu daerah dengan lahan padi yang diterjang hujan terus menerus sejak akhir Juni.
Baru-baru ini juga daerah Hebei dilanda curah hujan yang cukup tinggi dan mengakibatkan bencana alam banjir besar. Parahnya, bencana alam ini harus merenggut 21 nyawa, ribuan orang mengungsi, hingga kerugian mencapai 1 triliun.
China krisis pangan?
Banjir parah hingga kekeringan melanda China hingga pertengahan tahun 2023. Meskipun China memiliki sekitar 10% dari total lahan subur di dunia, kondisi ekstrim ini telah merusak sebagian besar tanaman dan lahan pertanian. Fluktuasi cuaca ekstrim membuat beberapa lahan di China menyusut kesuburannya.
Dikutip dari India Narrative, (18/8/2023) banjir parah di Hebei telah merusak beberapa lahan pertanian dan mempengaruhi ketahanan pangan China. Hebei merupakan salah satu daerah penghasil pangan pokok terbesar di China, seperti jagung, gandum, millet, hingga kedelai.
Bencana alam yang melanda Hebei menjadi mimpi buruk tersendiri bagi China. Selain karena Hebei penghasil makanan pokok terbesar, menurut Gro Intelligence China juga merupakan konsumen jagung terbesar kedua di dunia. Masayarakat China mengkonsumsi setidaknya 300 juta ton jagung per tahunnya.
Karena bencana terus menerus terjadi, dalam 10 bulan terakhir jumlah impor makanan pokok China terus meningkat.
Menteri Luar Negeri China mengatakan, ketergantungan impor makanan yang dilakukan China mungkin akan terus meningkat. Hal ini diakibatkan jumlah lahan subur yang berkurang. Berkurangnya angkatan kerja di sektor pertanian juga turut menjadi perhatian pemerintah China.
Penulis: Anna Novita Rachim
Editor: Al-Afgani Hidayat