Tuturpedia.com – Pesepak bola Asnawi Mangkualam Bahar cerita seputar kariernya hingga berkiprah di liga Korea saat ini, di kanal YouTube Sport77 Official yang diunggah pada (14/9/2023).
Acara podcast tersebut dibawakan oleh Mamat Alkatiri dan Riphan Pradipta. Mereka bertanya seperti apa awal karier Asnawi sebagai pemain sepak bola.
Awal Karier Asnawi
Asnawi mengatakan, ia bermain sepak bola sejak usia 10 tahun. Karier pertamanya yaitu bersama Danone dari Sekolah Sepak Bola (SSB) Hasanuddin, Makassar. SSB tersebut merupakan milik Bahar Muharram, ayah dari Asnawi.
Kemudian ia mewakili PON Sulawesi Selatan, dan ditarik ke Persiba Balikpapan. Yang pada saat itu bermain sebagai posisi gelandang.
Setelah itu, Asnawi kembali ke tanah kelahiran. Dia bergabung dengan PSM Makassar. Meski awalnya ada perdebatan dengan sang ayah, tentang dirinya yang ingin menetap bersama Persiba Balikpapan.
Perdebatan itu beralasan, ayah Asnawi menginginkan Asnawi untuk pulang ke Makassar karena di sana banyak pemain yang oke.
Sebelum itu, Asnawi perlu mengikuti seleksi di PSM terlebih dahulu. Pada akhirnya, ia bermain di PSM Makassar. Di sana ia bertemu dengan pemain senior, seperti Hamka Hamzah dan Zulkifli.
Adaptasi di Liga Korea
Pada tahun 2021, Asnawi bergabung dengan Ansan Greeners FC. Dia bergabung dengan Ansan Greeners sampai tahun 2022.
Kali pertama bermain di sana, Asnawi mengaku cukup sulit untuk beradaptasi dalam permainan.
Tidak hanya itu, dari segi bahasa juga tidak mudah. Kendati begitu, ia mengaku belajar sedikit soal bahasa Korea khusus untuk di sepak bola dan bahasa sederhana jika harus pergi ke tempat makan.
“Lumayan susah, soalnya kan di sana tekanan tinggi juga, harus banyak lari, terus kekuatan fisik yang lebih diutamakan. Sedangkan sebelum datang ke sana, memang kondisi tubuh belum siap,” ujar Asnawi dikutip Tuturpedia.com pada Jumat (15/9/2023).
Adapun fisik yang diutamakan tersebut menjadi perbedaan terhadap cara bermain di liga Indonesia dan liga Korea.
“Kalau menurut saya, yang aku bilang tadi fisiknya yang memang sangat jauh beda. Karena kalau di Indonesia menit-menit 70 sudah banyak yang jalan-jalan. Kalau di sana, menit 70 malah intensitasnya makin tinggi,” kata Asnawi.
Selain itu, Asnawi mengungkapkan kualitas lapangan di Korea termasuk lunak atau soft. Sedangkan di Indonesia tidak begitu, sehingga untuk sepatu yang digunakan pun berbeda karena menyesuaikan lapangan yang ada di sana.
“Soalnya gak cocok dengan pulnya (pul sepatu bola). Harus (pakai pul) yang lebih tinggi, kalau yang sebelumnya aku pakai itu tipis. Jadi, itu kalau di Indonesia cocok, karena lapangannya keras,” ucap Asnawi.
Lebih lanjut lagi, Asnawi bercerita kepada Mamat dan Riphan, sebelum pertandingan dan setelah pertandingan, para pemain sepak bola di sana harus menimbang berat badan mereka.
Manfaatkan Kesempatan Main di Luar Negeri
Di tengah podcast berlangsung, Mamat dan Riphan sempat menyinggung Asnawi soal pendapatannya yang berbeda saat di Indonesia dan di Korea.
Bagi Asnawi, tak masalah pendapatannya kecil saat bergabung dengan liga luar Indonesia. Karena hal itu merupakan cita-citanya sejak kecil, dan tidak mudah untuk pemain asal Indonesia bisa dapat kesempatan bermain di luar. Sehingga ia tidak menolak tawaran tersebut yang datang padanya kala itu.
Untuk itu, dia menyarankan agar pemain dari Indonesia bisa bermain di luar negeri jika ada kesempatan.
“Kalau bisa sih keluar, soalnya kan memang pengalaman di luar sangat beda, dengan lingkungannya juga, yang terutama tuh lingkungan, kalau kita di Indonesia kan apa saja bisa kita dapat. Semua bisa kita lakuin, kalau di luar harus ngurus diri sendiri, harus tahu kapan istirahat, kapan jalan, tapi kalau di Indonesia kapan saja orang bisa ngajak,” ungkap Asnawi.
Dengan demikian, ketika bermain di liga luar negeri, akan lebih banyak waktu untuk istirahat. Begitu juga dengan pola makan yang tak sembarangan.
Peran Sebagai Kapten Timnas
Selain saat ini menjadi pemain sepak bola di Jeonnam Dragons FC, Asnawi berperan sebagai kapten di timnas Indonesia. Menurutnya, tanggung jawab sebagai kapten itu berat karena harus pegang tanggung jawab lebih.
“Ya berat, karena harus jadi jembatan dari pemain ke pelatih, jadi apa-apa harus yang bertanggung jawab kan kita kan gantiin pelatih di dalam lapangan, jadi komunikasi harus selalu ngomong di lapangan, jadi tenaganya bertambah,” ucap Asnawi.
Pemilihannya sebagai kapten ditunjuk oleh Shin Tae-yong, pada saat Indonesia tampil lewat Kualifikasi Piala Dunia di Dubai tahun 2021. Saat itu ada 3 kapten yang dipilih Shin Tae-yong, yaitu Evan Dimas, Asnawi, dan Nadeo Argawinata.
Sementara itu, bagi Asnawi generasi tim nasional Indonesia sekarang sudah jauh lebih baik. Karena banyak pemain-pemain berkualitas, dan ditambah beberapa pemain naturalisasi.***
Penulis: Annisaa Rahmah
Editor: Nurul Huda