Tuturpedia.com – Cawapres nomor urut 1, Muhaimin Iskandar (Cak Imin) menyinggung praktik politik dinasti dan nepotisme, yang menurutnya seperti perilaku politik prasejarah. Menurutnya, kondisi demokrasi di Indonesia sedang tidak baik-baik saja.
Cak Imin mengatakan ada kondisi yang seharusnya tidak terjadi dalam demokrasi yang berjalan saat ini.
Ketum PKB ini kemudian mengungkapkan, saat ini masyarakat seolah ditakuti dengan aturan yang menghambat demokrasi.
Fenomena ini, kata Cak Imin, membuat masyarakat takut memberikan kritik kepada pemerintah hingga menyebut negaranya sendiri dengan sebutan “Wakanda.”
“Anda semua sudah tahu, tapi saya ingin buka sedikit bahwa orang tidak berani mengakui Indonesia. Saking takutnya kena kasus hukum, maka mengakui sebagai Wakanda. Di sebuah negara Wakanda seseorang yang kritis ditangkap, bahkan dikriminalisasi, kita seolah tidak boleh menyatakan kritik itu,” tutur Cak Imin dalam deklarasi Relawan Kawula Muda Nusantara AMIN (Rekan AMIN), di Warunk WOW KWB, Kalibata, Jakarta Selatan, Minggu (28/1/2024).
Cawapres koalisi Perubahan ini juga menyampaikan, dia dan Anies Baswedan (AMIN) berupaya menulis sejarah politik bangsa Indonesia.
“Saya ingin menyampaikan, saya sudah sering tertipu di dalam politik, karena itu kami dan rekan AMIN mengupayakan agar bangsa kita tidak tertipu dalam menitipkan sejarah politik. Kita akan menulis sejarah sendiri bagi perjalanan kehidupan bangsa, terutama bagi seluruh kaum muda di Nusantara,” ujar dia.
AMIN berupaya mengembalikan demokrasi, seperti era reformasi yang terjadi di Indonesia tahun 1998.
“Insya Allah 2024 perubahan terjadi, demokrasi yang hakiki akan kita kembalikan seperti spirit reformasi dan demokrasi tahun 1998,” tandasnya.
Cak Imin Sindir soal Politik Dinasti
Lantaran demokrasi dinilai tak berjalan baik, Cak Imin mengatakan salah satu sebabnya juga terkait politik dinasti.
“Belum lagi munculnya politik dinasti. Kalau saya bisa menambahkan muda itu bukan soal usia, tapi soal kelakuan. Jangan ngaku muda kalau tapi kalau kelakuanmu adalah kelakuan prasejarah,” ujarnya.
Menurut kritik pedas Cak Imin, praktik politik dinasti, termasuk nepotisme merupakan perilaku prasejarah.
“Mengandalkan ketidakmampuan dirinya, tetapi mengandalkan dari nepotisme dan dinasti. Dinasti dan nepotisme itu sebuah politik prasejarah. Tua sekali! Bahkan, sebelum kerajaan,” tegasnya.
“Ini melawan demokrasi, artinya muda berarti praktik dan bukan soal usia,” sambung Cak Imin.
Dia bersyukur dipertemukan dengan kaum muda yang menginginkan perubahan dalam demokrasi bangsa.
“Alhamdulillah hari ini saya ketemu rekan-rekan muda yang berani mengambil risiko. Bersama AMIN kita wujudkan muda dalam usia dan praktik perjuangan politik,” ucapnya.
“Demokrasi akan kita luruskan, kita kita tegakkan, dimana demokrasi anti korupsi, anti dinasti (politik), kita wujudkan di kepemimpinan nasional yang akan datang,” pungkas Cak Imin.***
Penulis: Angghi Novita
Editor: Nurul Huda