Tuturpedia.com – Israel kembali melakukan serangan di Rafah, Palestina. Peningkatan pengeboman terhadap kota tersebut juga diikuti dengan perintah militan Israel kepada sekitar 100.000 orang di Rafah timur untuk mengungsi.
Adanya serangan di daerah terakhir yang disinggahi oleh para warga sipil menimbulkan berbagai kecaman bagi Israel. Salah satunya adalah dari negara yang selama ini mendukungnya dari segi finansial dan suplai senjata, Amerika Serikat.
Sebelumnya, diketahui Biden telah melakukan panggilan telepon dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu pada Senin (6/5/24) dan menekankan penolakan AS terhadap serangan darat di Rafah.
Biden juga mengancam akan menunda penjualan ribuan senjata berpemandu presisi kepada Israel di tengah meningkatnya ketegangan di Jalur Gaza. Washington diperkirakan akan menjual 6.500 sistem JDAM (bom berpemandu) kepada Israel.
Hingga Kamis (9/5/24) ancaman yang diberikan Biden tak kunjung diindahkan oleh Israel. Militannya yang tergabung dalam IDF terus melakukan serangan ke kota kecil tersebut dan menewaskan ribuan warga sipil.
Menurut Al Jazeera, Kamis (9/5/24) Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin telah mengkonfirmasi laporan bahwa Amerika Serikat menghentikan pengiriman senjata ke Israel.
Hal tersebut dilakukan karena saat ini pemerintahan Presiden Joe Biden menghadapi tekanan yang semakin besar untuk memberikan bantuan kepada sekutu utama AS tersebut di tengah perang di Gaza.
“Kami sudah sangat jelas, sejak awal bahwa Israel tidak boleh melancarkan serangan besar-besaran ke Rafah tanpa mempertimbangkan dan melindungi warga sipil yang berada di wilayah pertempuran tersebut,” kata Austin.
Austin mengatakan pemerintahan Biden telah menghentikan satu pengiriman amunisi muatan tinggi di tengah meningkatnya serangan bertubi-tubi di kota kecil di Gaza Selatan tersebut.
Meskipun begitu, Austin mengatakan pihaknya benar-benar berkomitmen untuk terus mendukung Israel dalam membela diri.
“Kami belum membuat keputusan akhir tentang bagaimana melanjutkan pengiriman (senjata) itu. Komentar terakhir saya adalah kami benar-benar berkomitmen untuk terus mendukung Israel dalam membela diri,” tutupnya.
Sementara itu, Duta Besar Israel untuk PBB, Gilad Erdan, menanggapi jeda pengiriman tersebut dengan mengatakan keputusan AS sangat mengecewakan.***
Penulis: Anna Novita Rachim
Editor: Nurul Huda