Tuturpedia.com – Belakangan ini masalah polusi udara yang semakin parah di Jakarta jadi perbincangan semua orang.
Bukan hanya dapat menimbulkan masalah kesehatan seperti Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA), melainkan juga terhadap kesehatan mental para remaja.
Dikutip dari akun Instagram @folkative pada Minggu (27/08/2023) mengungkapkan jika polusi udara yang semakin parah tak hanya menyebabkan banyak warga yang terkena ISPA, tetapi juga bisa berdampak pada kesehatan mental.
Udara yang tidak sehat dengan tingkat polusi tinggi dapat menyebabkan kecemasan, perubahan mood serta perubahan fungsi kognitif dan perubahan perilaku.
Dalam sebuah penelitian di Korea menyimpulkan bahwa orang yang terpapar polusi udara yang tinggi akan menunjukkan gejala depresi dan keinginan untuk mengakhiri hidup khususnya pada mereka yang berusia di bawah 65 tahun. Efek samping tersebut akan muncul secara bertahap.
Dikutip dari laman rendahemisi.jakarta.go.id, dalam sebuah penelitian yang dilakukan oleh Dr. Vivian Pun,ahli epidemiologi polusi udara Vital Strategies, mengungkap bahwa udara yang kotor tidak hanya menyebabkan berbagai penyakit paru, tetapi juga menyebabkan kerusakan dini pada kemampuan kognitif manusia dan kesehatan mentalnya.
Pernyataan tersebut semakin didukung oleh bukti yang berkembang dari beberapa studi dan penelitian di mana paparan polusi udara yang buruk memang dapat menyebabkan berbagai penyakit kesehatan mental, seperti depresi, kecemasan, bipolar dan keinginan untuk mengakhiri hidup.
Gejala tersebut tak hanya muncul di kalangan orang dewasa, tetapi baru-baru ini juga muncul pada anak-anak dan remaja.
Meski belum ada penjelasan mengenai proses dampak polusi udara terhadap mental, dalam sebuah penelitian lainnya mengungkapkan bahwa polusi dapat meningkatkan peradangan, stres oksidatif, kerusakan pembuluh darah dan degenerasi otak.
Hal tersebutlah yang menyebabkan terjadinya depresi, meningkatkan kadar hormon kortisol dan memperburuk kesehatan jantung serta pernapasan.
Sementara itu, di DKI Jakarta sendiri ada sekitar 5.9 persen atau 500.000 penduduknya yang memiliki gangguan depresi dengan rentang usia 15 tahun keatas.***
Penulis: Niawati
Editor: Nurul Huda