Tuturpedia.com – Pada Jumat (1/11/2024), melalui konferensi pers yang disiarkan melalui YouTube Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) secara resmi menyita produk makanan camilan latiao yang berasal dari Tiongkok.
Dikutip dari laman BPOM, Rabu (6/11/2024), dari 73 jenis produk Latiao yang terdaftar di BPOM, ada sebanyak 4 merek produk latiao positif mengandung Bacillus cereus yang berbahaya dan dapat menyebabkan gejala keracunan berupa sakit perut, pusing, mual, hingga muntah.
Keempat produk yang terindikasi mengandung bakteri tersebut yakni Luvmi Hot Spicy Latiao, C&J Candy Joy Latiao, KK Boy Latiao, dan Lianggui Latiao.
BPOM menduga bahwa produk latiao ini menjadi penyebab kejadian luar biasa keracunan pangan (KLB KP) di 7 wilayah di Indonesia (Lampung, Sukabumi, Wonosobo, Tangerang Selatan, Bandung Barat, Pamekasan, dan Riau).
“Jadi kalau dari apa yang kami temukan ini sebaiknya tidak usah dulu dimakan, dibuang saja daripada sakit. Dari 4 produk yang kami temukan di lapangan, boleh jadi berkembang ke depan,” jelas Kepala BPOM, Jakarta, Jumat (1/11/2024).
Mengenal Camilan Latiao
Latiao adalah camilan pedas khas Tiongkok yang terbuat dari gluten gandum dan protein yang tersisa setelah tepung gandum dicampur dengan air dan tepung, lalu diolah untuk memisahkan pati.
Setelah itu, gluten ini dibentuk menjadi potongan panjang atau strip yang direndam dalam bumbu pedas, kemudian dikeringkan atau diasap yang diolah dan dibumbui dengan berbagai rempah, terutama cabai. Camilan ini memiliki tekstur kenyal dan rasa gurih-pedas yang cukup kuat.
Camilan latiao mulai dikenal dan mulai digandrungi masyarakat Indonesia sejak tren di media pada awal tahun 2024, bersamaan dengan camilan dari Tiongkok lainnya.
Latiao sangat populer di Tiongkok sebagai camilan cepat saji dan murah, namun perlu diingat bahwa beberapa produk latiao berkualitas rendah mungkin mengandung pengawet, pewarna, dan zat tambahan yang tidak aman.
Beberapa laporan bahkan menyebutkan adanya risiko penggunaan pewarna berbahaya seperti merah K3 atau zat aditif ilegal lainnya pada beberapa produk yang tidak mengikuti regulasi ketat.***
Penulis: Anna Novita Rachim
Editor: Annisaa Rahmah
