banner 728x250

BMKG Prediksi Suhu Panas di Indonesia Terjadi hingga Agustus 2024, Berikut Penyebabnya

BMKG prediksi suhu panas di Indonesia terjadi hingga bulan Agustus 2024. Foto: unsplash.com/iguanaphoto
BMKG prediksi suhu panas di Indonesia terjadi hingga bulan Agustus 2024. Foto: unsplash.com/iguanaphoto
banner 120x600
banner 468x60

Tuturpedia.com – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprediksi suhu panas yang terjadi di Indonesia akan terjadi hingga bulan Agustus 2024.

BMKG menyebut kondisi ini sebagai suhu panas terik dan bukan gelombang panas atau heatwave.

Senior Forecaster BMKG, M Irsal Yuliandri menjelaskan pada bulan Juni hingga Agustus 2024, kondisi atmosfer di wilayah Indonesia bagian selatan akan makin kering, sehingga menjadi potensi pertumbuhan awan dan hujan. Kondisi inilah yang membuat suhu udara ketika siang hari akan lebih panas dibandingkan periode sebelumnya.

“Wilayah Jawa, Bali, NTB, NTT akan memiliki suhu yang cenderung lebih tinggi dari wilayah lainnya. Sementara untuk wilayah Jakarta diperkirakan akan mencapai suhu hingga 35 °C,” terang Irsal di Kantor BMKG, Jakarta, dikutip Tuturpedia pada Jumat (3/5/2024).

Meski mengalami suhu panas, akan tetapi Irsal mengatakan, kondisi ini bukan termasuk gelombang panas (heatwave). Menurutnya, terdapat perbedaan kondisi cuaca di Indonesia dengan negara tetangga seperti Thailand.

“Wilayah di sekitar daratan Thailand apabila dibandingkan dengan Indonesia itu berbeda. Di Thailand suhunya itu merah sampai kehitaman, sementara di Indonesia kuning orange hingga merah,” ujarnya.

Apabila dilihat dari beberapa hari terakhir, suhu maksimum di wilayah Indonesia berkisar antara 31°C–37 °C. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa suhu di Indonesia masih dikatakan normal. 

“Artinya ini suhu panas terik dan bukan gelombang panas atau heatwave,” sambungnya.

Kondisi yang Tergolong Sebagai Gelombang Panas

Terkait kondisi yang dapat disebut sebagai heatwave, menurutnya dapat berkiblat dari indikator yang diberikan World Meteorological Organization atau organisasi meteorologi dunia.

“Untuk karakteristik heatwave sendiri itu biasanya terjadi pada negara lintang menengah hingga lintang tinggi. Sementara World Meteorogical Organization, menjelaskan heatwave yakni kenaikan 5 derajat di atas suhu rata-rata maksimum dalam lima hari berturut-turut, atau lebih,” jelas dia.

Sementara yang terjadi di Indonesia kenaikan suhu 31– 37 °C tidak terjadi secara berturut-turut. 

“Kalau kita lihat tanggal 30 April di Jakarta suhunya 34–35 °C, dan itu bukan kategori heatwave,” tambahnya.

Faktor utama yang menjadi indikator mengapa terjadi peningkatan suhu, menurutnya adalah gerak semu matahari. 

“Di tanggal 21 Maret–21 Juni matahari berada di equator dan bergerak hingga ke utara dari equator. Itu mengapa di sekitar Thailand, Filipina suhunya juga turut meningkat. Jadi, ini bukan heatwave, melainkan faktor gerak semu matahari dan minimnya curah hujan di wilayah Indonesia,” tutup Irsal.***

Penulis: Angghi Novita.

Editor: Annisaa Rahmah.