banner 728x250

Bisnis Prostitusi di Lokalisasi Blora Sepi, Pelanggan Sebut Aplikasi Kencan Online Lebih Menguntungkan

Aplikasi kencan online disebut lebih untung untuk bisnis prostitusi di Blora. Foto: pexels.com/olly
Aplikasi kencan online disebut lebih untung untuk bisnis prostitusi di Blora. Foto: pexels.com/olly
banner 120x600

Jateng, Tuturpedia.com – Praktik prostitusi di Kabupaten Blora, Jawa Tengah, masih marak. Pelaku bisnis ini terkesan bebas menjalankan usahanya.

Bahkan, demi melancarkan aksi bisnisnya tersebut, mereka memanfaatkan aplikasi kencan online dan menjadikan kos-kosan serta hotel sebagai tempat ‘main’.

Seperti yang diungkapkan oleh salah satu pelaku alias pelanggan, sebut saja Mawar (27), warga kota dengan sebutan penghasil minyak dan jati ini, mengungkapkan bahwasanya sehari dapat melayani lebih dari satu pria hidung belang.

“Jadi, dulu saya berkerja di lokalisasi, karena sepi, akhirnya beralih ke online, yakni dengan menggunakan aplikasi kencan online. Lebih menguntungkan. Kalau di lokalisasi dulu buka tarif Rp150 ribu, sedangkan aplikasi kencan online Rp300-700 ribu sekali main,” ucapnya.

“Kalau melayani pria hidung belang, itu sehari bisa lebih dari 5 kali. Tergantung suasana hati dan kebutuhan ekonomi juga. Paling sedikit bawa uang Rp1,5 juta,” ungkapnya.

Lebih lanjut, dirinya juga menceritakan kembali bahwa untuk menjalankan prostitusi dari online tersebut, menggunakan kos-kosan maupun hotel yang ada di Blora.

“Pindah-pindah kalau main, kadang di kosan kadang di hotel. Soalnya lebih aman,” bebernya.

Tak hanya itu, ia pun menceritakan bahwa pekerjaan yang dilakoninya tersebut tak sendirian dan mengaku bersama-sama temannya dengan modus beraneka ragam yang ditawarkan.

“Saya tidak sendirian, ada teman-teman lainnya, kadang kalau sudah di-booking, itu teman saya laki-laki atau perempuan saya suruh jaga di depan. Hal itu untuk menghindari ancaman yang membahayakan. Kan beberapa waktu lalu juga ada pembunuhan,” terangnya.

Tak hanya Mawar, hal senada juga disampaikan oleh sebut saja namanya Cinta (disamarkan). Secara gamblang, ia menceritakan rata-rata pendapatannya sejak beralih profesi sebagai penjaja tubuh.

“Paling banyak tuh pernah 9 orang sehari. Cuma kalau sudah dapat 6, biasanya pelanggan yang lain aku cancel aja. Karena lumayan capek. Kalau harga sih minimal Rp300 ribu untuk sekali yah, tapi lihat orang juga sih, kalau lebih dewasa Rp700 ribu,” tuturnya.

Ia tidak menampik jika per bulan penghasilannya bisa mencapai Rp20 juta. Dan hasil uang tersebut dimasukkan ke bank olehnya untuk masa depan.

“Ya kira-kira gitulah. Kalau untuk pengeluaran sih cuma untuk bayar kos aja, hotel, sama makan. Niatan berhenti sih ada, cuma nanti kalau sudah cukup. Ada keinginan beli rumah sama mobil dan buka usaha,” tandasnya.***

Kontributor Jawa Tengah: Lilik Yuliantoro.

Editor: Annisaa Rahmah.