banner 728x250
News  

Beredar Pesan Singkat Santri Asal Banyuwangi yang Tewas Diduga akibat Penganiayaan, Minta Pertolongan kepada Sang Ibu

Santri asal Banyuwangi tewas diduga akibat penganiayaan. Foto: pixabay.com/soumen82hazra
Santri asal Banyuwangi tewas diduga akibat penganiayaan. Foto: pixabay.com/soumen82hazra
banner 120x600
banner 468x60

Tuturpedia.com – Telah beredar pesan singkat santri asal Banyuwangi yang tewas diduga akibat penganiayaan. 

Dikutip Tuturpedia.com dari akun Twitter atau X @Pai_C1, Selasa (27/2/2024), sebelumnya sempat viral di media sosial, jenazah seorang santri dari Pondok Pesantren (Ponpes) Al Ishlahiyah, Kota Kediri, Jawa Timur .

Santri tersebut diketahui berinisial B, ia diduga meninggal dunia usai dianiaya oleh sejumlah santri dari pondok pesantren tersebut.

Namun, sang pihak pondok pesantren yang mengantarkan jenazah B mengatakan jika ia terjatuh dari kamar mandi. 

Kabar meninggalnya B ini juga sempat diposting oleh akun @Pai_C1 yang cuitannya mengatakan bahwa seorang santri diduga tewas karena dianiaya di sebuah pondok pesantren. 

“Innalillahiwainnailaihirojiun… 

Seorang santri diduga tewas karena dianiaya di sebuah pondok pesantren (ponpes) di Dusun Mayan, Desa Kranding, Kecamatan Mojo, Kabupaten Kediri, Jawa Timur. Santri berinisial BB ini berasal dari Banyuwangi.

Pihak keluarga korban sempat marah ketika menerima pemulangan jenazah korban dengan temuan sejumlah luka di tubuhnya.

Mirisnya pondok pesantren tidak melaporkan kejadian tsb (tersebut) ke kepolisian.

Kasus ini sekarang sudah ditangani aparat kepolisian, semoga ada keadilan buat korban,” tulis akun X @Pai_C1.

Usai viralnya dugaan kasus penganiayaan ini, fakta terbaru terkait meninggalnya B diungkap oleh sang ibu, Suyanti (38). 

Di mana sebelum mengembuskan napas terakhir, santri asal Banyuwangi itu ternyata sempat mengirimkan sebuah pesan singkat melalui WhatsApp kepada sang ibu untuk segera menjemputnya karena ia merasa takut. 

Tetapi sang ibu mengatakan bahwa dirinya belum menjemput dan memberikan pilihan untuk dikirim uang. B sendiri tak menyebutkan detail alasan dirinya ingin segera dijemput oleh sang ibu. 

“Aku takut,” tulis pesan singkat yang B kirim kepada sang ibu.  

“UMK punya anak kcill, dkirim (dikirim) uang ya,” balasan dari sang ibu. 

B menolak untuk dikirim uang dan meminta tolong untuk segera dijemput karena dia merasa takut. Namun ia tak menjelaskan alasannya.  

“Gak, cpet (cepat) sini, aku takut maaa, maaaa tolonggh, sini cpettt jemput,” ujar B membalas pesan tersebut yang dikirim pada Senin (19/2/2024). 

Kemudian lima hari kemudian, tepatnya pada hari Sabtu (24/2/2024) jenazah B diantarkan oleh empat orang perwakilan dari pondok pesantren, dalam keadaan sudah terbungkus kain kafan. 

Kain kafan tersebut sempat tak diizinkan untuk dibuka oleh pihak ponpes dengan alasan sudah suci. Namun, keluarga merasakan curiga lantaran darah segar mengucur dari keranda. Akhirnya keluarga membuka kain kafan B dan menemukan banyak luka lebam serta sundutan di tubuh B. Bahkan di bagian dada B ada luka yang seperti berlubang. 

Sementara itu, pihak polisi sudah menetapkan empat tersangka yang merupakan senior atau kakak kelas B di ponpes yang sama. Keempat pelaku penganiayaan tersebut berinisial MN (18) asal Sidoarjo, MA (18) asal Nganjuk, AF (16) Asal Denpasar, dan terakhir AK (17) asal Kota Surabaya.***

Penulis: Niawati

Editor: Annisaa Rahmah

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses