Tuturpedia.com – OCD merupakan gangguan kejiwaan jangka panjang yang mempengaruhi sekitar 2% populasi dunia.
Obsessive-compulsive disorder (OCD) biasanya akan ditandai dengan pikiran, desakan, atau gambaran yang mengganggu yang memicu kecemasan tingkat tinggi dan perasaan menyusahkan lainnya.
Sehingga perasaan cemas tersebut berusaha dinetralisasi oleh orang tersebut dengan melakukan perilaku atau ritual berulang.
OCD juga sering kali dikaitkan dengan prestasi akademis yang rendah, prospek kerja yang buruk, gangguan alkohol dan penggunaan narkoba, serta peningkatan risiko kematian.
OCD berpusat pada tema-tema tertentu, seperti kasus yang banyak ditemukan adalah rasa takut yang berlebihan terhadap kontaminasi kuman.
Untuk mengurangi ketakutan akan kontaminasi, seorang OCD dapat mencuci tangan berulang kali hingga tangannya terasa sakit dan pecah-pecah.
Gejala dari OCD
Dilansir Tuturpedia dari Mayo Clinic pada Sabtu (20/1/2024), beberapa gejala Obsessive-Compulsive Disorder (OCD) biasanya mencakup obsesi dan kompulsi.
Gejala obsesi pada OCD adalah pikiran yang bertahan lama dan tidak diinginkan yang terus muncul kembali, biasanya berbentuk desakan atau gambaran yang mengganggu dan menyebabkan kesusahan atau kecemasan.
Beberapa contoh gejala obsesi dari OCD yaitu:
- Takut terkontaminasi kuman atau bakteri dengan menyentuh benda yang disentuh orang lain.
- Ragu telah mengunci pintu atau mematikan kompor.
- Stres yang hebat ketika objek tidak teratur atau menghadap ke arah tertentu.
Gejala kompulsi pada OCD adalah perilaku berulang yang membuat penderita merasa terdorong untuk melakukannya.
Perilaku atau tindakan mental yang berulang ini dimaksudkan untuk mengurangi kecemasan terkait obsesinya atau mencegah sesuatu yang buruk terjadi. Beberapa contoh gejala kompulsi dari OCD ialah:
- Memeriksa pintu berulang kali untuk memastikan terkunci.
- Memeriksa kompor berulang kali untuk memastikan sudah mati.
- Menghitung dalam pola tertentu.
- Mengulang doa, kata, atau frasa secara diam-diam.
Benarkah Penderita OCD Memiliki Risiko Kematian Lebih Tinggi?
Ada perbedaan antara menjadi perfeksionis dan menderita OCD. Seseorang yang perfeksionis biasanya membutuhkan hasil atau kinerja sempurna untuk merasa puas.
Namun, jika hal tersebut diikuti dengan obsesi dan kompulsi yang memengaruhi kualitas hidup, maka akan lebih baik untuk menemui dokter atau ahli kesehatan mental. Sebab, hal tersebut bisa diindikasi sebagai gejala OCD.
Fakta mengejutkan dari OCD adalah tingginya tingkat kematian dari para penderita penyakit mental tersebut.
Dikutip Tuturpedia dari News Medical, The BMJ dalam sebuah penelitian di Swedia mengatakan jika orang dengan gangguan obsesif-kompulsif (OCD) mungkin memiliki peningkatan risiko kematian baik karena penyebab alami maupun tidak wajar dibandingkan mereka yang tidak mengalami gangguan tersebut.
Penderita OCD memiliki tingkat kematian yang lebih tinggi dibandingkan orang tanpa OCD (masing-masing 8,1 berbanding 5,1 per 1.000 orang tahun).
Beberapa faktor yang dapat berpengaruh dari kasus kematian penderita OCD, yaitu tahun lahir, jenis kelamin, wilayah, status migraine, pendidikan, dan pendapatan keluarga, penderita OCD mengalami peningkatan risiko kematian akibat sebab apapun sebesar 82%.
Jadi, jangan sungkan untuk menemui ahlinya jika kamu sudah menemukan dua gejala OCD di atas ya, Tuturpedians!***
Penulis: Anna Novita Rachim
Editor: Annisaa Rahmah
