banner 728x250

Beda Biaya Masuk Ponpes Al Khoziny dan Tebuireng, Kualitas Bangunan Jadi Sorotan

TUTURPEDIA - Beda Biaya Masuk Ponpes Al Khoziny dan Tebuireng, Kualitas Bangunan Jadi Sorotan
banner 120x600

Sidoarjo, Tuturpedia.com — Tragedi robohnya musala di Pondok Pesantren (Ponpes) Al Khoziny, Sidoarjo, tak hanya menyisakan duka, tetapi juga membuka diskusi panjang tentang kualitas bangunan pesantren di Indonesia. Publik kini mulai menyoroti kesenjangan fasilitas antara Al Khoziny dan pesantren lain seperti Ponpes Tebuireng, Jombang — salah satu pesantren tertua dan paling disegani di tanah air.

Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Dody Hanggodo, turut menanggapi peristiwa ini. Ia menilai banyak bangunan pesantren yang belum memenuhi standar konstruksi layak.

“Sebagian besar pesantren masih dibangun tanpa perhitungan teknis yang tepat. Hasilnya, kualitas bangunannya jauh dari kata aman,” ujarnya dikutip dari Suara.com (9/10/2025).

Biaya Masuk Ponpes Al Khoziny

Dari data yang beredar, Ponpes Al Khoziny diketahui menetapkan biaya masuk sekitar Rp1,6 juta. Rinciannya meliputi:

– Pendaftaran Pondok: Rp400.000
– Pendaftaran Madrasah Diniyah: Rp250.000
– Perlengkapan dan atribut santri: sisanya dari total biaya

Selain itu, santri juga dibebankan SPP bulanan dengan kisaran puluhan ribu rupiah, misalnya Rp75.000 untuk tingkat Ibtidaiyah. Biaya ini tergolong terjangkau dibandingkan lembaga pendidikan serupa.

Namun, meski biayanya ringan, tragedi musala ambruk menjadi alarm bahwa keterjangkauan tidak selalu sejalan dengan keamanan bangunan.

Tebuireng, Contoh Pesantren dengan Infrastruktur Baik

Sementara itu, Ponpes Tebuireng di Jombang disebut sebagai pesantren dengan infrastruktur modern dan kokoh. Meskipun tidak dijabarkan secara rinci soal biayanya, Tebuireng dikenal memiliki fasilitas lengkap dan pengawasan bangunan yang ketat.

Dody Hanggodo mencontohkan Tebuireng sebagai salah satu pesantren dengan kualitas konstruksi yang baik.

“Tebuireng bisa jadi contoh bahwa lembaga keagamaan pun perlu memperhatikan aspek keselamatan dan kualitas bangunan,” ujarnya.

Kualitas Bangunan Dinilai “Jomplang”

Perbandingan antara Al Khoziny dan Tebuireng dinilai publik “jomplang” — atau bak bumi dan langit. Dari segi biaya, Al Khoziny memang jauh lebih murah, tetapi hal itu berbanding lurus dengan kesederhanaan infrastruktur yang dimiliki.

Tragedi yang terjadi menjadi pelajaran penting bagi semua pihak, terutama lembaga pendidikan berbasis pesantren, agar mulai memperhatikan standar keselamatan dan kelayakan bangunan.

“Murah itu penting, tapi aman itu wajib,” tulis salah satu warganet di kolom komentar berita tersebut.

Kejadian ini diharapkan mendorong pemerintah dan pengelola pesantren untuk melakukan audit bangunan secara berkala, agar tidak ada lagi nyawa santri yang melayang karena kelalaian konstruksi.
Sumber foto: Istimewa

Penulis: Permadani T. Editor: Permadani T.