Tuturpedia.com – Jepang memiliki populasi tertua di dunia, lebih dari seperempat masyarakatnya berusia 65 tahun bahkan lebih. Meski begitu, para lanjut usia di Jepang justru dengan sengaja melakukan kejahatan agar mereka dipenjara.
Pada dasarnya, ekonomi di Jepang menguntungkan. Namun, dalam beberapa tahun terakhir, lansia di Jepang beramai-ramai mengerjakan kejahatan.
Mengutip weforum.org (26/3/2018), selama beberapa dekade terakhir, tingkat kejahatan lansia Jepang telah meningkat empat kali lipat. Bentuk pengaduan dan penangkapan warga lanjut usia ini melebihi demografi lainnya di Jepang.
Salah satu dari lima narapidana di penjara adalah warga lanjut usia. Sementara itu, sembilan dari sepuluh kasus wanita lanjut usia berbuat kejahatan dengan cara mengutil atau mencopet.
Alasan Lansia di Jepang Berbuat Kejahatan
Menurut para lanjut usia di Jepang, alasan mereka berbuat hal tersebut karena mereka merasa kehidupan di penjara akan lebih baik dibandingkan hidup sendiri dalam satu rumah tanpa keluarga.
Melansir dari weforum.org (26/3/2018), jumlah lansia Jepang yang tinggal sendirian meningkat 600% pada tahun 1985 dan 2015. Sebagian dari pelaku yang tertangkap mengaku bahwa mereka hanya tinggal sendiri. Lalu 40% dari mereka tidak memiliki keluarga atau sudah jarang bertemu keluarganya.
Alasan berikutnya adalah soal uang, yang mencakup seputar dinamika keluarga. Keuangan dari hasil pensiun mereka, bisa jadi akan lebih rumit untuk pengeluaran yang tidak terduga seperti penyakit yang tiba-tiba muncul, pasangan meninggal dunia, dan bencana.
Pemerintah Jepang Bangun Bangsal Penjara
Banyaknya kejadian serupa, pemerintah Jepang sampai menghabiskan puluhan juta untuk membangun bangsal penjara khusus memenuhi kebutuhan narapidana lansia yang terus bertambah jumlahnya.
Pada laman npr.org (22/11/2016), Yuki Shinko mengatakan bahwa fasilitas penjara yang baik akan memiliki efek untuk mencegah kejahatan.
Dikutip dari laman yang sama, menurut Mochizuku Morio yang memperlihatkan tayangan keamanan toko di Jepang, para lansia tersebut dibesarkan selama dan setelah perang, yang mana mereka harus bertahan hidup, namun mereka tidak terlalu merasa bersalah.
Apapun itu, bagi sebagian orang yang hidup di dalam tidak pernah mudah, sama halnya dengan beberapa orang lainnya yang menganggap hidup di luar akan lebih buruk.
Penulis: Annisaa Rahmah