banner 728x250
News  

Bangga! 9 Kecamatan di Cilacap Ini Terpilih Jadi Percontohan Pengelolaan Ikan Sidat Berkelanjutan

9 kecamatan di Cilacap jadi percontohan pengelolaan ikan sidat. Foto: Diskominfo Cilacap
9 kecamatan di Cilacap jadi percontohan pengelolaan ikan sidat. Foto: Diskominfo Cilacap
banner 120x600
banner 468x60

Tuturpedia.com – Sembilan kecamatan di Kabupaten Cilacap terpilih sebagai lokasi program percontohan pengelolaan perikanan darat berkelanjutan, khususnya ikan sidat.

Kesembilan kecamatan tersebut antara lain Kedungreja, Patimuan, Kampung Laut, Majenang, Bantarsari, Kroya, Adipala, Nusawungu, dan Sampang.

Sujito selaku Pejabat Sekretaris Daerah Kabupaten Cilacap menyampaikan jika Kabupaten Cilacap adalah salah satu habitat ikan sidat dengan berbagai ukuran, seperti glass eel, elver, hingga sidat untuk konsumsi.

Selain itu, Cilacap juga menjadi wilayah penghasil utama sidat di Pulau Jawa, dengan luas lahan budi daya sidat sebesar 17,8 hektare serta hasil produksi hingga 27,36 ton pada tahun 2023.

Berdasarkan pernyataan Sujito, melalui Proyek I-Fish, Cilacap telah ditetapkan sebagai lokasi pengelolaan sidat oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), Global Environment Facility (GEF), dan Food and Agriculture Organization (FAO).

Proyek I-Fish yaitu program pengelolaan sumber daya, upaya konservasi, serta pemanfaatan perikanan sidat yang lebih baik dan berkelanjutan. 

“Kami sangat berterima kasih atas dukungan KKP, GEF, dan FAO dalam pengembangan pengelolaan sidat berkelanjutan di Cilacap. Kami berharap kerja sama ini dapat terus berlanjut dan memberikan manfaat bagi masyarakat, khususnya pelaku usaha sidat,” tutur Sujito, pada Senin (22/1/2024) di Desa Kaliwungu, Kecamatan Kedungreja.

Pada tahun 2018, pemerintah memberikan dukungan lewat Pencanangan Kampung Sidat di Desa Kaliwungu. Di bawah naungan Koperasi Mina Sidat Bersatu, pengelolaan sidat dilakukan secara menyeluruh dan berkelanjutan.

Ruddy Sutomo, perintis Koperasi Mina Sidat Bersatu, menyampaikan jika potensi pasar untuk ikan sidat masih luas. Pasalnya, ikan sidat dari Cilacap sangat diminati oleh pasar ekspor, terutama di Jepang, Taiwan, dan Hong Kong.

“Kami terus menggenjot produksi sidat, tetapi juga tetap memegang komitmen untuk konservasi. Kami melakukan restocking benih sekitar 2,5 persen di sungai-sungai dan merilis sebagian indukan, supaya terus terjaga ketersediaan benih sidat,” ucap Ruddy.

Kepala Global Environment Facility (GEF) Operational Focal Point (OFP), Eko Nugroho menilai bahwa pengelolaan sidat di Cilacap telah berjalan sesuai rencana aksi nasional konservasi ikan sidat.

“Kami berkomitmen untuk terus mendukung Cilacap dalam pengelolaan sidat berkelanjutan. Kami juga berharap kerja sama dengan FAO dapat terus berjalan dengan baik, memberikan dampak positif bagi masyarakat, lingkungan, dan perekonomian,” ujar Eko.

Rajendra Aryal (Kepala Perwakilan FAO untuk Indonesia dan Timor Leste) memberikan apresiasi atas keberhasilan Cilacap dalam mengembangkan budidaya ikan sidat.

Pihaknya juga menyatakan kesiapannya untuk membantu Cilacap dalam peningkatan kapasitas, teknologi, dan pemasaran.

“Kami sangat terkesan dengan konsep satu kampung satu ikan yang diterapkan di Cilacap. Ini menunjukkan bahwa masyarakat Cilacap memiliki semangat dan kreativitas yang tinggi dalam mengelola sidat. Kami berharap ini dapat menjadi inspirasi bagi daerah-daerah lain di Indonesia,” terang Rajendra.***

Penulis: Ixora F

Editor: Annisaa Rahmah

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses