Tuturpedia.com – Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024, tinggal beberapa bulan lagi. Bakal ada lima kejutan terjadi di Pilpres yang tidak diprediksi sebelumnya.
Kejutan di Pilpres 2024, akibat adanya benturan peristiwa politik dan kepentingan, sehingga akan menimbulkan banyak anomali-anomali atau pengecualian yang terjadi.
Hal ini diungkapkan Ketua Umum Partai Gelombang Rakyat (Gelora) Indonesia Anis Matta, dikutip dari keterangannya, Kamis (13/7/2023).
“Ini sebenarnya, adalah satu peristiwa benturan politik dan benturan kepentingan yang membuat terjadinya sumber-sumber kejutan,” ucapnya.
Oleh karena itu, Anis Matta, mengatakan bakal terjadi lima kejutan di Pilpres 2024.
“Saya katakan, akan ada lima kejutan di Pilpres 2024,” ucapnya.
Menurutnya, lima kejutan itu adalah endorsement Presiden Joko Widodo (Jokowi), format koalisi tidak jelas, endorsement aktor nonpolitik, dirty job (pekerjaan kotor) dan takdir.
Nah, bagaimana penjelasan Anis Matta terkait lima kejutan yang ia maksud? Berikut ulasannya!
1. Endorsement Presiden Jokowi
Anis menegaskan, para kandidat calon presiden (capres) sekarang sedang memperebutkan endorsement Presiden Jokowi.
Sebab, Jokowi masih akan menjadi Presiden RI saat Pemilu 2024 digelar pada 14 Pebruari 2024.
“Pak Jokowi masih menjadi Presiden pada tanggal 14 Februari 2024. Karena itu, powernya masih terlalu besar dan masih sangat berpengaruh bagi siapapun,” jelasnya.
“Kita lihat capres-capres ini sama-sama memperebutkan endorsement Pak Jokowi,” sambung Anis.
2. Format Koalisi Tidak Jelas
Sedangkan mengenai format koalisi, kata Anis, belum jelasnya koalisi sekarang akan membuat setiap parpol bertarung bebas.
Hal itu disebabkan tidak ada pemain yang dominan dan berujung pada keputusan elite ‘sepakat untuk tidak sepakat’.
“Lambatnya pergerakan koalisi ini, menyebabkan peristiwa politik menjadi ‘slow flowing’ (mengalir lambat) menuju ‘fast flowing’ (mengalir cepat),” kata Anis.
Sehingga kata dia, jika terjadi ‘fast flowing’, maka akan menciptakan peristiwa yang tidak terkendali.
“Begitu mengalir deras akan ada dalam satu putaran yang menciptakan peristiwa yang tidak terkendali,” ucap Anis.
3. Endorsement Aktor Nonpolitik
Menyangkut endorsement aktor nonpolitik, lanjut Anis, juga diperebutkan oleh para capres selain endorsment dari Presiden Jokowi, karena dukungannya sangat penting.
“Pengertian aktor nonpolitik ini dia tidak langsung sebagai pemain politik ini, tapi punya pengaruh,” tutur Anis.
“Ini masih belum kelihatan jelas, karena koalisinya belum final. Disini ada bohir, TNI/Polri, aparat intelejen, atau dukungan negara lain dan lain-lain,” lanjutnya.
Dari tiga fakor tersebut, menurut Anis Matta, akan banyak menimbulkan anomali-anomali yang outputnya tidak bisa diduga.
Bahka kata dia, bisa menciptakan ledakan krisis apabila yang mengendorse kepentingan tidak terpenuhi.
“Nah, aktor politik dan nonpolitik itu, nantinya akan memberikan rekomendasi. Tapi sebenarnya lebih besar yang mana pengaruhnya, apakah aktor politik dan nonpolitik, tapi terlepas dari itu semua, kita mesti siap untuk menyiapkan menghadapi kejutan-kejutan itu,” katanya.
Peristiwa anomali yang akan terjadi, misalnya akan ada empat capres, bukan tiga capres atau dua capres di Pilpres 2024.
Contoh lain dari anomali yang bisa juga terjadi di Pilpres 2024 adalah terpilinya orang seperti Gus Dur (Abdurrahman Wahid) sebagai Presiden tahun 1999, KH Ma’ruf Amin sebagai Wapres 2019 atau Taufik Keimas sebagai Ketua MPR 2009-2014.
4. Dirty Job (pekerjaan kotor)
Selanjutnya, terkait kejutan keempat akibat keputusan elite yang memilih keputusan sepakat untuk tidak sepakat.
Maka pertarungan di Pilpres 2024 diprediksi akan brutal seperti pada Pilpres 2014 lalu.
“Karena tarung bebas ini, maka salah satu faktor kemenangan yang sangat penting adalah penggunaan pekerja kotor (dirty job)” kata Anis.
Ia menilai, akan ada penggunaan kasus-kasus yang berkaitan dengan moral, seperti kasus korupsi dan lain-lain.
Penggunaan ‘dirty job’, tegas Anis, tidak berkaitan dengan upaya penjegalan capres tertentu, tapi murni penegakan kasus hukum yang melibatkan yang bersangkutan.
Menurutnya, hal ini biasa terjadi, dan digunakan juga di Pilpres Amerika Serikat.
“Penggunaan ‘dirty job’ akan dominan, menjadi pintu masuk dalam permainan ini. Bukan menciptakan dosa, tapi dosanya sudah ada, dikapitalisasi,” ucapnya.
“Orang ini punya dosa, tapi ditabung dan pada waktu tertentu akan digunakan. Ini juga akan menjadi kejutan di Pilpres 2024,” sambungnya.
5. Takdir
Terakhir atau yang kelima, kata Anis, adalah takdir dari Allah SWT.
Sebagai orang yang beriman, ia percaya bahwa Presiden RI 2024 sudah ada dan telah dicatatkan di Lauhul Mahfudz.
Karena itu, meski ada dua capres yang berdoa di Baituillah, Kabah pada musim haji 1444 H/2023.
Sementara satu capres lagi tidak pergi haji, tapi nama Presiden RI 2024 sebenarnya sudah ada.
“Semua capres sekarang sedang menjemput takdir,” kata Anis.
“Kemarin anda melihat ada dua capres ini, pergi haji kan dua-duanya berdoa atau capres doa yang tidak pergi haji,” lanjutnya.
Namun menurutnya, tidak ada yang tahu capres mana yang doanya didengar, karena belum dapat bocoran takdir.
“Tapi yang pasti nama Presiden ini sudah ada Lauhul Mahfudz,” kata Anis.
“Di Islam, doa itu yang bisa mengubah takdir, tapi doa yang mana dikabulkan, kita tidak tahu, karena semua berdoa,” pungkasnya.***
Penulis: M. Rain Daling
Editor: M. Rain Daling